PROPOSAL PTK
PENGGUNAAN METODE KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA
BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN MATERI STATISTIKA KELAS XII PEMASARAN SMK
SALAFIAH KEJAYAN
DI
SUSUN OLEH:
MIFTAHUL ARIFIN, S.E
SMK SALAFIAH KEJAYAN
(NPSN
: 69948773)
Office : Jl. Balai Desa Wrati
Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan 67172
e-mail :smksalafiahpas@gmail.com
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmatnya kepada
kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul “PENGGUNAAN
METODE KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN MATERI STATISTIKA KELAS XII PEMASARAN SMK
SALAFIAH KEJAYAN ”.
Penelitian ini dimaksudkan sebagai acuan sistem
pembelajaran peneliti agar lebih baik lagi dalam mengajar.
Walaupun penulisan Proposal Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ) ini kurang maksimal dan jauh dari kesempurnaan tetapi akhirnya
penulisan bisa terselesaikan. Akhirnya peneliti ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan Proposal Penelitian Tindakan
Kelas.
Wassalamu`alaikum Wr.Wb.
Kejayan, 21 Oktober 2016
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman Judul ············································································· i
Halaman Kata Pengantar ································································ ii
Halaman Daftar Isi ········································································ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.
Latar Belakang ······························································ 1
B.
Identifikasi Masalah ························································ 3
C.
Pembatasan Masalah
…………………………………………….. 4
D.
Perumusan Masalah·························································· 4
E.
Tujuan Penelitian····························································· 4
F.
Manfaat Penelitian ·························································· 4
BAB II LANDASAN TEORI ························································· 6
A.
Mengajar dan Pembelajaran················································ 6
B.
Pembelajaran Koopertif ···················································· 6
C.
Tutorial Teman sebaya
…………………………………………… 7
D.
Konsep
dan Strategi Pembelajaran Kontkstual …………………... 8
E.
Penguasan dan Ketuntasan
Belajar Statistika ................................ 10
F.
Materi Statistika
…………………………………………………. 10
G.
Penelitian yang Relevan
…………………………………………. 11
H.
Kerangka Berpikir
……………………………………………….. 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ··········································· 12
A.
Jenis Penelitian ······························································· 12
B.
Subyek Penelitian ··························································· 12
C.
Tempat dan Waktu Penelitian
…………………………………… 12
D.
Perencanaan Tindakan Penelitian
………………………………… 12
E.
Perangkat Pembelajaran
………………………………………….. 15
F.
Instrumen Penelitian························································· 17
G.
Definisi Operasional Penelitian
··········································· 19
H.
Teknik Analisa Data························································· 20
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 21
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah
demi tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut utamanya
adalah keberhasilan peserta didik belajar pada suatu mata pelajaran maupun
pendidikan pada umumnya (Krismanto, 2003).
Matematika sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pedoman penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dijelaskan bahwa tujuan pengajaran matematika di sekolah antara lain
agar siswa memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,
mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, menggunakan
penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika, memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh, serta mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Depdiknas: 2006).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang akan diganti dengan
Kurikulum 2013 menjadi acuan sekarang ini antara lain menyatakan
bahwa dalam kegiatan pembelajaran, pendidik hendaknya menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara
kreatif, penataan materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan
yang dipilih dan karakteristik peserta didik. Pengajaran
ini dimulai dari hal-hal konkret dilanjutkan ke hal yang abstrak. Pembelajaran
diarahkan agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki sikap menghargai matematika dan
kegunaannya dalam kehidupan, harapan tersebut tidak sejalan dengan situasi dan
kondisi pembelajaran matematika di kelas selama ini dalam belajar adalah
pembelajaran secara konvensional dimana peserta didik hanya menerima saja apa
yang disampaikan oleh pendidik, urutan penyajian bahan dimulai dari abstrak ke
konkret, yang bertentangan dengan perkembangan kognitif peserta didik yang
masih ditingkat rendah.
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat
abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak peserta didik mengalami
kesulitan dalam matematika. Prestasi matematika peserta didik baik secara
nasional maupun internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi
matematika peserta didik disebabkan oleh faktor peserta didik yaitu mengalami
masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika. Selain itu,
belajar matematika peserta didik belum bermakna, sehingga pengertian peserta
didik tentang konsep sangat lemah.
Materi Statistika adalah salah satu materi operasi hitung bilangan yang
diajarkan pada semester 1 kelas XII. Materi ini adalah materi yang tentunya
dikaitkan dengan materi-materi sebelumnya. Terkadang pendidik hanya
menyampaikan materi secara verbal tentang sifat-sifat, rumus Statistika.
Peserta didik tanpa diberi kesempatan untuk mengetahui darimana hal itu
diperoleh. Peserta didik mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada
soal-soal cerita tentang Statistika.
Agar proses pembelajaran Statistika menjadi
bermakna, kontekstual dan tidak membosankan diperlukan model pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik, dapat melibatkan peserta didik secara aktif,
dan peserta didik dapat menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk
mengkonstruk pengetahuan yang baru, dan dapat menuntun peserta didik dalam
mengkonstruk pengetahuannya, sehingga dapat menarik minat peserta didik dan
menyenangkan.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya suatu pembelajaran dengan
pendekatan atau metode tertentu yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
dan hasil belajar peserta didik. Pada penelitian ini akan diterapkan metode
kooperatif Pembelajaran Kooperatif Teman Sebaya berbasis Kontekstual. Pembelajaran ini pada prinsipnya adalah
mengembangkan perangkat yang pembelajarannya dirancang dengan metode kooperatif
Pembelajaran Kooperatif Teman Sebaya dan
perangkat pembelajarannya memenuhi indikator-indikator dengan pendekatan
Kontekstual.
Salah satu metode pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik adalah metode pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara
peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap peserta didik
mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada
peserta didik dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu
dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang
efektif, peserta didik lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan
strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal.
Berangkat dari paparan di
atas, maka dipandang perlu dilakukan uji coba pembelajaran dengan melakukan
penelitian tindakan kelas tentang “Penggunaan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual
Untuk Meningkatkan Kemampuan Statistika Kelas XII Pemasaran SMK Salafiah
Kejayan. ”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan menjadi
beberapa masalah yang mempengaruhi Kemampuan Penguasaan Materi Statistika
siswa, antara lain:
1.
Siswa
kelas XII PEMASARAN SMK Salafiah Kejayan tahun pelajaran 2016/ 2017 masih menganggap pembelajaran matematika
khususnya pada materi Statistika sebagai materi pembelajaran yang sulit untuk
dipahami dan dipelajari.
2.
Motivasi
siswa kelas XII PEMASARAN SMK Salafiah Kejayan tahun pelajaran 2016/ 2017 dalam pembelajaran kurang sehingga siswa
pasif pada saat mengikuti pelajaran matematika.
3.
Prestasi
belajar siswa kelas XII PEMASARAN SMK Salafiah Kejayan tahun pelajaran 2016/ 2017 dalam proses pembelajaran matematika
perlu ditingkatkan
C.
Pembatasan Masalah
Dalam
penelitian ini, peneliti tidak meneliti secara keseluruhan masalah-masalah yang
telah diidentifikasi. Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran pokok
penelitian, maka peneliti membatasi masalah dengan subyek dan obyek penelitian.
Subyek penelitiannya adalah siswa Sedangkan
obyek penelitiannya adalah Kemampuan Penguasaan Materi Statistika yang
diperoleh dengan penerapan Metode
pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual pada
Kelas XII PEMASARAN SMK Salafiah Kejayan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1.
Apakah
pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman
Sebaya berbasis Kontekstual pada
pokok bahasan Statistika di kelas XII dapat meningkatkan keaktifan
belajar siswa?
2.
Apakah
pembelajaran matematika dengan metode Pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman
Sebaya berbasis Kontekstual pada pokok bahasan Statistika di kelas XII dapat
meningkatkan jumlah siswa yang tuntas prestasi belajarnya?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Metode
pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual, melatih siswa untuk belajar secara bersama demi kemajuan setiap
anggota kelompok sehingga tercipta hubungan yang akrab antar anggota kelas,
meningkatkan rasa percaya diri dan gairah siswa kelompok bawah dalam
pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya
Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan kuantitas siswa
tuntas belajar dalam menyelesaikan soal pada materi pokok Statistika.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan :
1. Siswa dapat meningkatkan kemampuannya
dalam menyelesaikan soal Statistika.
2. Siswa dengan kategori kurang pandai
semakin memiliki rasa percaya diri bahwa sesungguhnya dia mampu mengikuti
pelajaran dan mampu berprestasi seperti siswa yang lain.
3. Guru menjadi semakin tertantang untuk
menggunakan kreatifitasnya dalam memanfaatkan berbagai model pembelajaran yang
lain.
4. Guru mendapatkan pengalaman tambahan,
sehingga dapat melakukan penelitian lanjutan pada kelas dan pokok kajian yang
berbeda.
5. Dapat menjadi bahan masukan guru mata
pelajaran lainnya tentang alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Mengajar dan Pembelajaran
Kegiatan mengajar adalah suatu kegiatan menciptakan suatu lingkungan
yang memungkinkan untuk terjadinya proses belajar. Dengan demikian siswa merasa aman dan nyaman di
dalam kelas ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Guru berperan sebagai
fasilitator dan dinamisator kelas, sehingga subjek belajar yaitu siswa akan
lebih banyak berperan serta dalam proses pembelajaran. Pada prinsipnya peran
guru sebagai fasilitator dan dinamisator kelas adalah dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan belajar memberikan arah pada proses pembelajaran dan
menjadi pedoman bagi seluruh kegiatan belajar. Berdasarkan hal ini, maka guru
harus menetapkan terlebih dahulu tujuan belajar yang ingin dicapai, sebelum
mulai mengajar. Tercapai tidaknya tujuan belajar dapat diketahui guru setelah
melakukan kegiatan evaluasi hasil belajar.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki keinginan
untuk berprestasi tinggi secara akademik di lingkungna sekolahnya. Namun tentu
saja hal ini tidak mungkin dicapai oleh semua siswa , karena prestasi akademik
yang baik, dicapai dengan melibatkan berbagai faktor dalam misalnya kecerdasan
siswa, dan kelengkapan belajar, sedangkan faktor luar misalnya guru, sarana dan
prasarana di sekolah, dan hubungan dengan siswa.
B.
Pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran seringkali kelas didomonasi oleh kelompok atas,
sedangkan kelompok menengah apalagi kelompok tidak begitu nampak perannya dalam
pembelajaran. Guru yang baik akan berusaha untuk melibatkan ketiga kelompok ini
untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Berbagai cara dapat ditempuh baik
melalui pengajuan pertanyaan secara langsung, menyusun stategi pembelajaran
yang melibatkan seluruh kelompok siswa dalam kelas. Cara yang terakhir ini
seringkali lebih efektif karena melibatkan seluruh anggota kelompok dalam
kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah metode pembelajaran
dengan menempatkan siswa dalam kelompok kemampuan anggota heterogen dan memberi
penghargaan terhadap usaha dan keberhasilan kelompok, bukan pada perorangan.
Gambaran umum dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1.
Siswa secara kooperatif bekerja
dalam kelompok untuk menguasai materi.
2.
Kelompok tersusun atas siswa
dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Sistem penghargaan berorientasi pada kelompok,
bukan perorangan.
4. Bilamana mungkin memperhatikan ras,
budaya, dan jenis kelamin siswa.
C.
Tutorial Teman Sebaya
Metode ini dilakukan dengan cara
memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa
tersebut mengajarkan materi/latihan kepada teman-temannya yang belum faham.
Metode ini banyak sekali manfaatnya baik dari sisi siswa yang berperan sebagai
tutor maupun bagi siswa yang diajarkan. Peran guru adalah mengawasi kelancaran
pelaksanaan metode ini dengan memberi pengarahan dan lain-lain.
Tutor teman sebaya dikenal dengan
pembelajaran teman Sebaya atau antar peserta didik, hal ini bisa terjadi ketika
peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian
membantu peserta didik lain yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap
harinya harus dialokasikan agar peserta didik saling membantu dalam belajar
baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Tutor teman sebaya merupakan salah
satu strategi pembelajaran untuk membantu memenuhi kebutuhan peserta didik. Ini
merupakan pendekatan kooperatif bukan kompetitif. Rasa saling menghargai dan
mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama.
Dalam penggunaan metode pembelajaran
tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian
di atas adalah beberapa kelebihan dari metode Tutor teman sebaya sementara
kekurangan metode ini antara lain :
-
Tidak
semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya.
-
Tidak
semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
D. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pengajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan peserta didik
dari TK sampai dengan SMU/SMK untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan
pengetahuan dan keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam
sekolah dan luar sekolah agar dapat memecahkan masalah-masalah yang
disimulasikan.
Pembelajaran kontekstual terjadi apabila peserta didik menerapkan dan
mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia
nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota
keluarga, warga Negara, peserta didik, dan tenaga kerja. Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan
pengalaman sesungguhnya.
Enam unsur kunci pembelajaran kontekstual, yaitu :
1.
Pembelajaran bermakna : pemahaman, relevansi, dan penghargaan pribadi peserta didik bahwa ia
berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari. Pembelajaran dipersepsi sebagai relevan dengan hidup mereka;
2.
Penerapan
pengetahuan : kemampuan untuk melihat bagaimana apa yang dipelajari diterapkan
dalam tatanan-tatanan lain dan fungsi-fungsi pada masa sekarang dan akan
dating;
3.
Berfikir
tingkat lebih tinggi : peserta didik dilatih untuk berfikir kritis dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami persoalan, atau memecahkan suatu masalah;
4.
Kurikulum
yang dikembangkan berdasarkan standar : konten pengajaran berhubungan dengan
suatu rentang dan beragam standar lokal, Negara bagian, nasional, asosiasi, dan
/ atau industri;
5.
Responsif
terhadap budaya : pendidik harus memahami dan menghormati nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta
didik, sesama rekan pendidik dan masyarakat tempat
mereka mendidik;
6.
Penilaian
autentik : penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang secara valid
mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari peserta
didik.
Pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
inkuiri (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian autentik (authentic assessment).
Pembelajaran
kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang
mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di
dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual
menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi peserta didik dalam
membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dala pembelajaran seumur hidup.
Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi
pelajaran yang dipelajari peserta didik dengan konteks dimana materi tersebut
digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau cara
peserta didik belajar. Konteks memberikan arti, relevansi, dan manfaat penuh
terhadap belajar.
Materi pelajaran
akan tambah berarti jika peserta didik mempelajari materi pelajaran yang
disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses
pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan
menyenangkan. Peserta didik akan bekerja keras untuk mencapai tujuan
pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk
membangun pengetahuan baru. Dan selanjutnya peserta didik memanfaatkan kembali
pemahamanpengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks di luar
sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik secara
mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok.
Jadi jelaslah
bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di
dalamnya peserta didik akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang
pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran
kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik untuk membentuk
hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga Negara, dan pekerja (Trianto, 2007: 101-105).
E.
Penguasaan dan Ketuntasan Belajar
Statistika
Untuk mengetahui hasil belajar siswa harus dilakukan penilaian.
Penilaian tidak hanya untuk mengukur kemampuan kecerdasan siswa atau
ketrampilan saja, akan tetapi mempunyai fungsi sebagai bimbingan, seleksi
peserta didik, efisiensi, dan sebagainya.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), ukuran ketuntasa
hasil belajar siswa dinyatakan dengan KKM untuk setiap mata pelajaran berbeda –
beda sesuai dengan tingkat kemampuan siswa terhadap pelajaran. Untuk pelajaran
matematika khususnya materi statistika di SMK Salafiah Kejayan Kabupaten
Gunungkidul tahun pelajaran 2013/2014 KKMnya adalah 75. Artinya seorang siswa
akan dinyatakan tuntas belajar matematika apabila yang bersangkutan sudah
memperoleh nilai minimal 75. Sedangkan sebuah kelas dinyatakan tuntas secara
klasikal apabila siswa yang tuntas dikelas itu mencapai sekurang – kurangnya
85%.
F.
Materi Statistika
Statistika
merupakan salah satu materi pada pelajaran Matematika kelas XIII semester 1. Dalam penelitian Standar Kompetensi yang terkait dengan
materi statistika adalah Memahami dan menggunakan sifat-sifat data dalam
kehidupan sehari-hari, sedangkan kompetensi yang
terkait adalah organisasi data, penyajian data dan tendensi sentral.
Indikator
yang akan dicapai adalah:
- menjelaskan peranan/kegunaan statistika dalam kehidupan sehari-hari
- menjelaskan pengertian statistik dan statistika
- menjelaskan pengertian variabel dan data
- membedakan jenis data
- penyajian data
Penyampaian materi statistika dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan Kontekstual, di mana peserta didik dilatih atau
membiasakan diri mengkonstruk idenya sendiri dalam menemukan konsep, mengaitkan
konsep, menggunakan konsep dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memunculkan
keaktifan dan keterampilan proses sehingga berpengaruh terhadap prestasi
belajar peserta didik.
G.
Penelitian yang relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Dodo Suwanda dalam menyatakan bahwa hasil penguasaan materi siswa dengan pembelajaran
metode Tutor teman sebaya lebih baik daripada pembelajaran yang menggunakan
metode biasa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Mohammad Mudzakkir dengan menyatakan bahwa
hasil penguasaan materi siswa dengan pembelajaran metode Tutor teman sebaya lebih
baik daripada pembelajaran yang menggunakan metode biasa.
G.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran Metode pembelajaran Kooperatif
Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dapat membantu siswa yang kurang pandai dalam
menguasai materi tutorial, bertanggung jawab, atau diskusi. Diharapkan siswa
dapat lebih mudah menangkap dan memahami konsep Statistika. Sehingga siswa yang
tuntsa belajar lebih banyak. Dengan demikian dapat memahami apabila Metode
pembelajaran Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual dapat meningkatkan kualitas belajar siswa
pada Statistika
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan tindakan kelas (Classroom Action
Research), bertujuan untuk
memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat
kerja.
B.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas XII Pemasaran yang berjumlah 14 siswa dan guru yang
mengampu mata pelajaran Matematika tersebut. Penerapan penelitian ini
diterapkan dalam pokok bahasan Statistika.
C.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Salafiah
Kejayan pada bulan februari semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
D.
Perencanaan Tindakan Penelitian
Penelitian ini direncanakan dua siklus yang masing – masing siklus
terdiri dari 4 tahap yaitu : Perencanaan, Implementasi, pengamatan dan evaluasi
serta refleksi.
a.
Siklus 1
Siklus direncanakan satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 40 menit ( 2 jam pelajaran ). Adapun
tahapan pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1.
Perencanaan
Dalam tahap ini direncanakan kegiatan – kegiatan sebagai berikut :
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk jenis
– jenis pecahan.
(b). Membentuk kelompok pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip pembelajaran
kooperatif dengan cara :
-
Menyusun
daftar nama berdasarkan kemampuan akademik. Kemampuan
akademik yang digunakan adalah nilai ulangan harian pertama
-
Menentukan jumlah anggota
setiap kelompok sebanyak 5 orang sehingga dapat 5 kelompok belajar.
(c). Membuat skenario pembelajaran kooperatif.
(d). Menyusun lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
(e). Memberikan penjelasan pada siswa tentang pembelajaran kooperatif
2.
Implementasi
Dalam tahap ini yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun. Pelaksanaan tidak
mengganggu
kegiatan di sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai dengan kurikulum.
Pada tahap ini model pembelajaran kooperatif dilaksanakan.
3.
Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat
implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Pada akhir siklus 1
dilakukan tes. Berdasarkan hasil pengamatan tes/ evaluasi, maka tahap
berikutnya dapat dilaksanakan.
4.
Refleksi
Setelah hasil pengamatan, dan hasil evaluasi dianalisis
secara kolaboratif, maka penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus
kedua.
b.
Siklus 2
Siklus 2 dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik
dan berakhir pada siklus 1. Adapun
tahapan pada siklus 2 juga sama dengan tahapan yang ada pada siklus 1.
Perbaikan dilakukan berdasarkan hasil pada siklus 1
1.
Perencanaan.
(a). Menyusun rencana pembelajaran untuk materi
operasi pada bilangan pecahan.
(b).
Memperbaiki bentuk kelompok
siswa
(c).
Memperbaiki bentuk soal
pemecahan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari – hari.
(d).
Memperbaiki lembar pengamatan
pembelajaran kooperatif
(e).
Memperbaiki isntrumen
penelitian yang berupa tes, pedoman observasi untuk siswa, dan pedoman
observasi untuk guru.
2.
Implementasi
Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dibuat. Pelaksanaan
tidak mengganggu kegiatan sekolah, karena urutan materi berjalan sesuai dengan
kurikulum yang sudah ada di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran diadakan
perbaikan sesuai dengan hasil pada siklus sebelumnya.
3.
Pengamatan dan Evaluasi
Pengamatan terhadap kegiata belajar
dilakukan pada saat implementasi untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran.
Pada akhir siklus 2 diakhiri dengan tes. Berdasarkan hasil pengamatan, dan
hasil tes maka tahap berikutnya dapat dilaksanakan.
4.
Refleksi
Setelah hasil pengamatan dan hasil
evaluasi dianalisis secara kolaboratif, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasil. Apabila belum berhasil maka
penelitian diputuskan untuk dilanjutkan pada siklus ke 3. Dan apabila sudah
berhasil maka sudah cukup.
Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut.
Penjelasan alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pembelajaran dengan Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Berbasis Kontekstual.
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi
dalam dua siklus, yaitu siklus 1, 2, dan
seterusnya, dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan
yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes
formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan
jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
E.
Perangkat Pembelajaran
1.
Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP)
RPP dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan pelaksanaan PTK ini sesuai dengan yang diharapkan.
2.
Lembar kerja siswa (LKS)
LKS dibuat sebelum pelaksanaan PTK dengan tujuan siswa dapat bekerja
sama sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
LKS Statistika
Penyajiaan
data
Data dapat disajikan dalam bentuk
diagram yaitu: diagram batang, diagram lingkaran,diagram garis , histogram ,
polygon, diagram lambing. Data juga dapat disajikan dalam bentuk table
distribusi frekuensi. Untuk membuat table distribusi frekuensi harus diketahui
terlebih dahulu rentang , benyaknya kelas dengan aturan sturgess dan panjang
interval
Data dapat dibedakan berdasarkan
penyajiannya yaitu: data tunggal, data tunggal berbobot dan data kelompok.
Ukuran
pemusatan data
Ukuran pemusatan data terdiri dari :
nilai rata-rata, median dan modus.
Nilai rata-rata data tunggal=
Nilai rata-rata
data kelompok =
Kerjakan soal berikut
1. Diketahui data keuntungan pak Edi selama 10 tahun dalam berjualan roti sebagai berikut:
Tahun
|
keuntungan(Rp)
|
2001
|
2.500.000
|
2002
|
3.750.000
|
2003
|
4.000.000
|
2004
|
4.550.000
|
2005
|
5.000.000
|
2006
|
4.800.000
|
2007
|
4.500.000
|
2008
|
5.250.000
|
2009
|
5.800.000
|
2010
|
6.500.000
|
Dengan melihat data tersebut buatlah
gambar grafik!
2. Diketahui data keuntungan tiap hari dari
swalayan “A” selama bulan februari 2012 dalam jutaan rupiah
12 13 17 15 18 20
19 18 16 16 15 15
21 22 18 19 17 20
14 15 13 18 17 19
18 19 21 14 13 20
Dari data di atas tentukan :
a. Nilai data maks dan nilai data min
b.
Rentang
c.
Banyaknya kelas
d.
Panjang interval
3. Dari data soal no 2 buatlah table
distribusi frekuensi
4.
Dari data soal no 2 tentukan
nilai rata-rata
F.
Instrumen Penelitian
Pengembangan
Instrumen untuk Mengukur Keberhasilan Tindakan nstrumen
yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) haruslah sejalan dengan
prosedur dan langkah PTK. Instrumen
untuk mengukur keberhasilan tindakan dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi
proses dan sisi hal yang diamati.
1.
Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk
mencatat kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran
selama tindakan diberikan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan pemberian
kuis dalam pembelajaran sebagai upaya peningkatan motivasi belajar siswa.
Untuk mengisi lembar observasi ini yaitu memilih “ya” bila deskripsi
dilakukan dan “tidak” bila deskripsi tidak dilakukan. Adapun kisi-kisi untuk
lembar observasi yang digunakan sebagai berikut.
Tabel . Kisi-kisi Lembar Observasi
|
Aspek yang Diamti
|
Nomor Butir
|
Jumlah
|
A
|
Guru membimbing siswa dalam proses belajar mengajar
|
1, 2, 3, 6, 7, 10,11, 23
|
8
|
B
|
Guru memotivasi
siswa dalam meningkatkan belajar matematika dengan pemberian kuis
|
4, 5, 17, 22
|
4
|
C
|
Sikap siswa saat pembelajaran
|
9, 15, 16
|
3
|
D
|
Sikap siswa saat diberikan kuis
|
18, 19, 20
|
3
|
E
|
Bentuk motivasi yang diberikan guru
|
8, 12, 13, 14, 21
|
5
|
|
Jumlah
|
|
23
|
2.
Angket
Angket ini berupa kumpulan
pernyataan untuk mengumpulkan data mengenai respons siswa terhadap pemberian
kuis dalam proses pembelajaran matematika guna meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar matematika. Angket ini terdiri dari 22 butir pernyataan yang
terbagi menjadi 2 butir pernyataan negatif dan 20 butir pernyataan positif.
Masing-masing butir pernyataan mempunyai 5 alternatif jawaban yaitu:
SS : sering sekali, JR : jarang,
S : sering , TP : tidak pernah.
KK :
kadang-kadang,
Tabel 2. Kisi-kisi Angket
No.
|
Indikator
|
Nomor Butir Soal
|
Jumlah
|
A.
B.
C.
D.
|
Motivasi mengerjakan kuis matematika
Ketekunan dalam mengerjakan dan menyelesaiakan kuis matematika
Usaha untuk
meningkatkan prestasi belajar
Besarnya
perhatian terhadap kuis matematika
|
1, 2, 3, 4, 5,
6
7, 8, 9, 10,
11
12,13,14,15
16,17,18,19,20,22
|
6
5
4
7
|
|
Jumlah
|
|
22
|
3.
Soal-soal Kuis
Kuis yang disusun untuk
penelitian ini dikembangkan berdasarkan analisis kurikulum atau silabus SMK Salafiah
Kejayan untuk mata pelajaran matematika materi Statistika kelas XII Komputer
Jaringan sebagai berikut.
Kompetensi Dasar : Menyajikan hasil penerapan konsep peluang
untuk menjelaskan berbagaiobjek nyata melalui percobaan menggunakan frekuensi
relatif
Indikator :
Membuat data dalam bentuk
diagram dan table
Membuat data dalam bentuk table dari
suatu data tunggal
Menghitung nilai rata-rata dari data table yang sudah diberikan Kuis diberikan di awal, maupun pada akhir
pembelajaran. Kuis hanya diberikan sekali atau dua kali dalam setiap pertemuan.
Tes singkat (kuis) diberikan
dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
b.
Tes prestasi
Tes prestasi merupakan tes evaluasi diberikan apabila sub bab telah
selesai. Tes ini diberikan pada akhir siklus I dan akhir siklus II. Tes
prestasi digunakan untuk mengukur penguasaan dan kemampuan para siswa setelah
siswa menerima proses belajar-mengajar dari guru. Instrumen ini juga digunakan sebagai sumber tambahan dalam
melihat perkembangan motivasi siswa yang dilihat dari aspek peningkatan nilai
dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan metode ekspositori
yang diberikan kuis. Tes digunakan untuk mengetahui ketercapaian prestasi
belajar siswa siswa.
G.
Definisi Operasional Penelitian
1. Metode Kooperatif Tutorial Teman Sebaya
Berbasis Konseptual
a.
Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tujuan penting
pembelajaran, diantaranya hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan social.
Menurut Slavin (1997), pembelajaran
kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok
yang memiliki kemampuan heterogen.
b.
Pembelajaran Tutorial Teman
Sebaya
Menurut Suharsimi Arikunto(2009) Tutor
teman sebaya yaitu mereka yang mempunyai usia hampir sebaya dengan sesamanya
dimintai bantuan oleh guru untuk menerangkan kepada teman-temannya dalam proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran diperlukan bantuan tutor yaitu orang yang
dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya
sendiri sehingga ia dapat memberi bantuan dengan cara yang lain daripada guru
itu. Hendaknya diusahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan
diri dari bantuan tutor. Jadi tutor
harus mendidik agar dapat belajar sendiri.
c. Pembelajaran Berbasis
Konseptual
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk (a) membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, (b) belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan (c) menjadi pebelajar yang mandiri.
2. Kemampuan penguasaan materi Statistika
Pemahaman konsep adalah pemahaman terhadap ide atau
pengertian umum yang disusun dengan kata atau simbol yang menjadi titik tolak
awal dari semua hal yang berhubungan dengan ide tersebut. Indikator pemahaman konsep meliputi:
1)
Kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan guru dan mengerjakan soal di papan tulis secara tepat.
2)
Kemampuan siswa dalam
menerapkan konsep secara tepat.
3)
Kemampuan siswa memberi
tanggapan tentang jawaban siswa lain.
4) Kemampuan siswa dalam membuat kesimpulan
materi.
H.
Teknik Analisa Data
Data penelitian dikumpulkan melalui :
1.
Pengamatan pembelajaran sebelum penelitian, yang terasa begitu berat
dalam mengajarkan Statistika di kelas XII SMK N 1 Girisubo.
2.
Pengisian angket oleh siswa sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.
3.
Pengisian lembar pengamatan proses pembelajaran selama penelitian oleh
kolaborator dan peneliti sendiri.
4.
Melalui tes (pretes dan postes) materi penelitian sebelum dan sesudah
tindakan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Model
Pelatihan dan Pengembangan Silabus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran
Guru (PPPG) Matematika.
Diakses tanggal 22 Oktober 2013.
Krismanto, Al. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika.
Yogyakarta: Makalah disajikan dalam pelatihan instruktur/pengembang SMU.
Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.