Sunday, June 1, 2014

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda



Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
·                 Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
·                 Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
            Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
M.   Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
·                Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
·                 Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
·                 Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
·                 Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
·                 Konflik antar atau tidak antar agama
·                 Konflik antar politik.
N.    Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
·                 meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
·                 keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
·                 perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
·                 kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
·                 dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
·                 Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
·                 Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
·                 Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
·                 Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
O.    Contoh konflik
·                 Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
·                 Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.
·                 Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya.
·                 Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan interpersonal
a.      Bagaimana persepsi terhadap orang lain
Timbulnya kesan tertentu terhadap orang lain, antara lain dipengaaruhi oleh beberapa hal, al:
1)      Hal-hal yang ada dalam diri sendiri
·                 Sifat kepribadian
Seseorang cenderung untuk beranggapan bahwa orang lain akan berprilaku sama dengan dirinya sendiri. Membina hubungan pribadi dengan orang-orang yang bersifat tertutup lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan pembinaan hubungan pribadi dengan orang-orang yang bersifat terbuka
·                 Pengalaman masa lalu
Merupakan refleksi yang ada dalam diri seseorang, dimana ia cenderung akan memindahkan pengalaman masa lalu ke dalam situasi yang dihadapinya
·                 Keadaan emosi sementaraRasa gembira, sedih, marah, sakit hati, dll merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kesan yang dibuat seseorang terhadap orang yang baru pertama kali dijumpai
·                 Peran yang dipegang
Jabatan atau fungsi ysng dipegang seseorang seringkali mempengaruhi cara melihat orang lain
2)      Hal-hal yang ada pada diri orang lain
·                 Ciri-ciri fisik : bentuk fisik menetukan pandangan orang terhadap seseorang, walau kadang itu merupaka persepsi yang salah
·                 Jenis kelamin: orang selalu menganggap bahwa perempuan itu lemah, emosional, kurang rasional, dan kurang mandiri, meskipun itu tidak sepenuhnya benar
·                 Asal bangsa atau suku: orang biasanya menarik kesimpulan umum dari sifat-sifat yang menonjol dari suku bangsa tersebut
·                 Usia: orang yang lebih tua selalu dianggap lebih matang dan berpengalaman daripada yang lebih muda.
3)      situasi atau kondisi pada saat hubungan interpersonal terjadi
·                 suasana yang baik akan sangat mendukung keberhasilan dalam hubungan baik
b.      Kemampuan menampilkan diri secara menarik
Bagaimana menjadi pribadi yang menarik dan tidak membosankan
P.     Prinsip hubungan interpersonal
Keutuhan dan kelanggengan hubungan akan tercipta bila masing-masing pihak berhubungan secara jujur dan adil. Ketidakjujuran dan ketidakadilan akan menyebabkan terjadinya konflik
Perbedaan-perbedaan yang menimbulkan ketidakharmonisan dan ketidakserasian
1.              ketidakharmonisan dalam hubungan interpersonal: karena kekurangmapuan seseorang dalam berkomunikasi secara lisan
2.              ketidaserasian dalam hubungan interpersonal: karena sikap dan perbedaan pola pikir
Perbedaan antara konflik dan persaingan
Persaingan: dimana salah satu pihak yang bertentangan mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian tujuan
Konflik: dimana salah satu pihak yang bertentangan mengganggu pihak lain dalam mencapai tujuannya.
Contoh:
Jika dua siswa yang masing-masing ingin meraih juara kelas, dalam usaha mereka masing-masing tidak mengganggu pihak lain, merupakan persaingan. Tetapi jika dalam mencapai tujuan masing-masing siswa tersebut mengganggu pihak lain, misalnya mempermasalahkan cara pihak lain dalam mencapai tujuannya, maka akan timbul konflik.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik:
a.      Secara Umum
1.              Komunikasi: salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, atau gaya individu manajer / pimpinan yang tidak konsisten
2.              Struktur: pertarungan kekuasaan antar departemen bagian dengan kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan
3.              Pribadi: ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan jabatannya dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi
b.      Secara rinci
1.         Perbedaan kepribadian: dua kepribadian yang bertentangan bila berinteraksi bisa menimbulkan konflik, karena tidak ada yang mau mengalah
2.         Perbedaan cara pandang: cara pandang yang berbeda terhadap sesuatu hal bisa menimbulkan konflik.
3.         Perbedaan tujuan dan kepentingan: dua organisasi yang memiliki tujuan dan kepentingan yang berbeda, bila tergabung dalam satu kegiatan tertentu akan menimbulkan konflik
4.         Perbedaan pemahaman: komunikasi yang kurang efektif  menimbulkan perbedaan pemahaman antara orang yang satu dengan yang lain, sehingga terjadi konflik
Q.    Tahap-tahap pemahaman orang terhadap konflik
Robin membagi menjadi 3 tahap:
1.              Pandangan tradisional (traditional view of conflict)
·                 Memahami konflik sebagai sesuatu peristiwa negatif yang identik dengan kekacauan destruktif (merusak) dan dianggap dapat merugikan kelangsungan organisasi perusahaan sehingga harus dicegah, berkembang sampai sekitar tahun 1940
·                 Memahami konflik sebagai peristiwa yang wajar terjadi dalam hubungan manusia interaksi antar individu atau kelompok di dalam organisasi, berkembang antara 1940-1970
·                 Memahami konflik sebagai instrumen untuk membuat iklim di dalam organisasi menjadi dinamis, bila tidak maka harus distimulasi dengan menciptakan konflik.
2.              Pandangan hubungan manusia (human relation view of conflict)
3.              Pandangan interaksionis / pluralis (interactions / pluralist view of conflict)