4 khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah SAW :
ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ R.A (573 - 634 M)
Abu Bakar ash-Shidiq Rodiallahu’anhu (RA) adalah
khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah SAW. Awalnya ia merupakan salah
seorang petinggi Mekkah dari Suku Quraisy. Nama lengkap beliau adalah Abdullah
bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab
bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi – radhiyallahu` anhu.
Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Nama Abu Bakar diberikan oleh Nabi Muhammad setelah ia masuk Islam dan
merupakan salah satu dari As-Sabiqunal awwalun yaitu golongan
orang-orang yang pertamakali masuk Islam. Ia diberi gelari Ash-shidiq,
yang berarti yang terpercaya, karena ia adalah orang pertamakali mempercayai
(membenarkan) adanya peristiwa Isra’Mi’raj. Abu Bakar juga diberi julukan Al-‘Atiq
yang artinya yang terbebas. Julukan tersebut diberikan karena keindahan
wajahnya dan karena Nabi SAW pernah bersabda “Engkau adalah hamba yang
dibebaskan Allah dari api neraka”
Abu Bakar adalah salah satu dari empat khalifah
pertama sesudah Nabi SAW, atau disebut dengan kekhalifahan khulafaur-rasyidin.
Ia adalah sahabat nabi yang paling setia dan terdepan dalam membela Nabi
Muhammad dan para pemeluk Islam. Ia juga orang yang ditunjuk Nabi SAW untuk
menemani hijrah ke Yatsrib (Madinah). Ketika Nabi SAW sakit keras, Abu Bakar
adalah orang yang ditunjuk untuk menggantikan beliau sebagai imam dalam shalat.
Karena hal ini kemudian dianggap sebagai petunjuk agar Abu Bakar nantinya yang
akan menggantikan kepemimpinan Islam sesudah Nabi SAW wafat. Abu Bakar
mempunyai tiga anak, yaitu Abdullah bin Asma, Abdul Rahman dan Aisyah. Aisyah
kemudian diperistri Nabi Muhammad SAW.
MASA KEKHALIFAHAN ABU BAKAR ASH-SHIDIQ RA
Abu Bakar RA menjadi khalifah selama dua tahun (632 –
634 M). Banyak kemajuan bagi umat Islam selama masa pemerintahannya yang
singkat itu, yaitu memperluas daerah kekuasaan Islam ke Persia, sebagian
Jazirah Arab hingga daerah kekuasaan Bizantium. Banyak tantangan yang dihadapi
diawal pemerintahannya. Didalam negeri suku-suku bangsa Arab tidak mau tunduk
lagi kepada Pemerintahan Madinah sepeninggal Nabi SAW, karena mereka
beranggapan bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad SAW, dengan
sendirinya batal setelah Nabi SAW wafat. Karena sikap keras kepala dan
penentangan mereka dianggap bisa membahayakan agama dan pemerintahan Islam, Abu
Bakar RA memerangi mereka sehingga terjadi perang Riddah (perang melawan
kemurtadan) dimana Khalid ibn Al-Walid ditunjuk sebagai panglimanya.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri,
barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke
Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim
ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr
ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin
oleh Usamah ibn Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini,
Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang
jarang dijalani, ia sampai ke Syria.
KISAH KETELADANAN ABU BAKAR AS-SHIDIQ RA
Diriwayatkan dari Urwah bin az-Zubair dia berkata,
"Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru Radiallahu anhu tentang
perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan Rasulullah, maka dia berkata,
"Aku pernah melihat Utbah bin Abi Mu'ith mendatangi Nabi Shallahu 'Alaihi
wa Salamyang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah melilit leher Nabi dengan
sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian datanglah Abu Bakar
membelanya dan melepas-kan ikatan tersebut sambil berkata, "Apakah kamu
akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, 'Rabbku ialah Allah'
padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari
Rabbmu." (Al-Mukmin: 28).
Abu Sa’id Al-Khudri berkata “Suatu ketika Rasulullah
Shallahu 'Alaihi wa Salam berkhutbah di hadapan manusia dan bersabda,
Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk memilih antara dunia atau
memilih ganjaran pahala dan apa-apa yang ada di sisiNya, namun ternyata hamba
tersebut memilih apa-apa yang ada di sisi Allah.” Abu Sa’id Al-Khudri berkata
“Maka Abu Bakar menangis, kami heran kenapa beliau menangis padahal Rasulullah
Shallahu 'Alaihi wa Salam hanyalah menceritakan seseorang hamba yang memilih
kebaikan, akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak lain adalah Rasulullah
Shallahu 'Alaihi wa Salam sendiri, dan Abu Bakarlah yang paling mengerti serta
berilmu di antara kami. Kemudian Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda,
Sesungguhnya orang yang sangat besar jasanya padaku dalam persahabatan dan
kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku perbolehkan
mengangkat menjadi kekasihku selain Rabku pastilah aku akan memilih Abu Bakar,
namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka janganlah
ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar.”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Malikah ia berkata,
"Penduduk Kufah bertanya kepada Abdullah bin az-Zubair perihal bagian
warisan yang akan diperoleh seorang kakek, maka dia berkata, "Ikutilah
pendapat Abu Bakar. Bukankah Rasulullah saw. pernah menyebutkan perihal
dirinya, "Andai saja aku dibolehkan mengambil Khalil (kekasih) selain
Allah pasti aku akan memilihnya." Abu Bakar mengatakan, "Samakan
pembagian kakek dengan bagian bapak (Jika bapak tidak ada)." Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radiallahu anhu berkata," Aku mendengar Rasulullah
Shallahu 'Alaihi wa Salam bersabda, "Barangsiapa menginfakkan sesuatu dari
dua yang dimilikinya di jalan Allah niscaya akan diseru dari pintu-pintu surga,
"Wahai Harnba Allah inilah kebaikan. Maka barangsiapa termasuk ahli shalat
maka akan dipanggil dari pintu shalat, barang siapa termasuk golongan yang suka
berjihad maka akan dipanggil dari pintu jihad, dan barang siapa yang suka
bersedekah maka akan dipanggil dari pintu sedekah, barang siapa yang suka berpuasa
maka akan dipanggil dari pintu puasa dan dari pintu Ar Rayyan. Maka Abu Bakar
berkata, 'Bagaimana jika seseorang harus dipanggil dari setiap pintu, dan
apakah mungkin seseorang dipangil dari setiap pintu wahai Rasulullah Shallahu
'Alaihi wa Salam?' Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Salam. menjawab, ' Ya, dan
aku berharap agar engkau wahai Abu Bakar termasuk salah seorang dari
mereka'."
Sumber: Kitab Al Bidayah Wan Nihayah karya Imam Ibnu
Katsir
UMAR BIN KHATTAB R.A.(586-590 M)
Umar bin Khattab adalah khalifah yang kedua sesudah
Nabi SAW wafat. Pengangkatan Umar menjadi khalifah adalah berdasarkan
surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar sakit dan
merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian
mengangkat Umar ibn Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam.
Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera
secara beramai- ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah
Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir
al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Umar lahir di Mekah dari Bani Adi, salah satu rumpun
suku Quraisy dengan nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza.
Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis
yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar mempunyai watak
yang sangat keras dan berani. Karena keberaniannya itulah ia dijuluki
sebagai Singa Padang Pasir.
Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional
bangsa Arab yang menyembah berhala serta menjaga adat-istiadat mereka.
Pada jaman jahiliyah, ia pernah mengubur putrinya hidup-hidup demi menjaga
kehormatannya. Pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad
SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu’aim bin Abdullah)
yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam.
Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya. Di rumah Umar
menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an (surat Thoha), ia
menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat
saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar
bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi
Al Qur’an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
MASA KEKHALIFAHAN UMAR BIN KHATTAB RA
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah
kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan
setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk,
seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria
sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan
ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria,
sekarang istambul), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian,
Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di
Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota
Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul
dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu,
wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria,
sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar
segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah
berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan
wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan
Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai
diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan
didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.
Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian
pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata
uang.
Selama menjadi khalifah Umar dikenal dari gaya
hidupnya yang sederhana sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin
dan dianiaya. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya,
Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung
saat peristiwa hijrah.Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M).
Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang majusi,
budak dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar
tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat
dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi
khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi
Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan
berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat
dengan Ali ibn Abi Thalib.
UTSMAN BIN AFFAN (574 - 656 M)
Utsman bin Affan adalah
khalifah ke-3 dalam sejarah Islam. Pengangkatan Utsman tidak seperti
pengangkatan khalifah sebelumnya,Ustman diangkat menjadi khalifah setelah
diadakan musyawarah oleh para sahabat yang ditunjuk oleh Umar melalui surat
wasiatnya. Hal tersebut dilakukan setelah Uhtmar bin Khattab tidak dapat
memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera
setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar
mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan
Rasulullah. Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang
bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin Auf,
Saad bin Abu Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan
dan Ali bin Abi tholib.
Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain
(yang punya dua cahaya). Sebab digelari Dzunnuraian karena Rasulullah
menikahkan dua putrinya untuk Utsman; Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika
Ummu Kultsum wafat, Rasulullah berkata; “Sekiranya kami punya anak perempuan
yang ketiga, niscaya aku nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah
lahirlah anak laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika
berumur 6 tahun pada tahun 4 Hijriah.
Utsman juga dikenal sebagai pedagang yang hebat dan
kekayaannya yang banyak. Namun demikian, kekayaannya itu tidak membuatnya
sombong. Utsman sangat dikenal dengan kedermawanannya. Banyak
materi yang disumbangkannya untuk perjuangan Islam.
Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah.
Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi
Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satusahabat besar dan utama
Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu
orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.
Menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu
Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak
laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid,
Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Di masa pemerintahan Utsman (644-655 M), Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan
Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini. Dengan
adanya perluasan wilayah, maka banyak para sahabat yang mendatangi wilayah
tersebut dengan tujuan mengajarkan agama Islam. Selain itu, adanya pertukaran
pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat juga menjadikan ilmu
pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga membangun
mahkamah peradilan. Hal ini merupakan sebuah terobosan, karena sebelumnya
peradilan dilakukan di mesjid. Utsman juga melakukan penyeragaman bacaan Al
Qur’an juga perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi.
Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi .Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada masa Rasulullah Saw, Beliau memberikan kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab untuk membaca dan menghafalkan Al Qur’an menurut lahjah (dialek) masing-masing. Seiring bertambahnya wilayah Islam, dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi .Akhirnya sahabat Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk menyeragamkan bacaan. Utsman pun lalu membentuk panitia yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah dan menyeragamkan bacaan Qur’an. Perluasan Mesjid Haram dan Mesjid Nabawi sendiri dilakukan karena semakin bertambah banyaknya umat muslim yang melaksanakan haji setiap tahunnya.
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada
paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di
kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda
dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba’
Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba’ ini
gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan
fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35
H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang
yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba’ itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat
berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat
keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn
Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang
tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar
Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan
penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat
berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas
terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya
dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah
yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba’, meskipun Utsman tercatat paling
berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur
pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan,
masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah
ALI BIN ABU THALIB (559 - 661 M)
Ali dilahirkan di Kota Mekah, di daerah Hejaz Jazirah
Arab sekitar 10 tahun sebelum kenabian Muhammad SAW. Ayahnya adalah: Abu
Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin
Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf.
Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia,
penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat.
Sejak kecil, Ali RA dikenal sebagai anak yang cerdas
dan pemberani. Ali RA mengikuti Nabi SAW sejak umur 6 tahun. Ia
juga termasuk dalam golongan yang pertamakali mengakui kenabian Muhammad
SAW. Ia dikenal sebagai sosok yang gagah berani dan sederhana
(zuhud). Keberaniannya itu ia tunjukkan dalam kesanggupannya untuk
menggantikan posisi nabi ditempat tidur ketika Nabi SAW akan hijrah. Kala
itu kaum kafir sudah mengepung rumah Nabi SAW, namun Ali RA tidak sedikitpun
merasa takut.
Ali meminang salah seorang anak Nabi SAW, yaitu
Fatimah Az-zahra. Anak-anaknya adalah: Hasan, Husein, Zainab, Ummu
Kultsum, dari Fathimah binti Rasulullah Saw. Seorang isteri yang tidak pernah
diperlakukan buruk oleh Ali r.a. selama hidupnya. Bahkan Ali tetap selalu
mengingatnya setelah kematiannya. Ia juga mempunyai beberapa orang anak dari
isteri-isterinya yang lain, yang ia kawini setelah wafatnya Fathimah r.a. Baik
isteri dari kalangan wanita merdeka maupun hamba sahaya. Yaitu: Muhsin,
Muhammad al Akbar, Abdullah al Akbar, Abu Bakar, Abbas, Utsman, Ja'far,
Abdullah al Ashgar, Muhammad al Ashghar, Yahya, Aun, Umar, Muhammad al Awsath,
Ummu Hani, Maimunah, Rahmlah ash Shugra, Zainab ash Shugra, Ummu Kaltsum ash
Shugra, Fathimah, Umamah, Khadijah, Ummu al Karam, Ummu Salmah, Ummu Ja'far, Jumanah,
dan Taqiyyah.
Keberaniannya itu pula ia tunjukkan untuk membela
panji-panji Islam. Dalam perang Badar, dimana pasukan muslimin hanya
sedikit, sedangkan kaum kafir yang menyerang berlipat-lipat jumlahnya.
Ali RA menjadi penyemangat kaum muslimin, sehingga meraih kemenangan. Karena
sulitnya menghadapi lawan yang berlipat jumlahnya, maka saat meraih kemenangan,
para pejuang Islam disambut dengan takjub dan diberi sebutan “ahlul Badar”.
Ali RA juga terkenal dengan pedang
"dzulfikar”nya. Pada perang Uhud, Ali melindungi Nabi SAW yang kala
itu terjepit hingga gigi beliau bahkan rompal dan darah mengalir di mana-mana.
Teriakan takbir dari Ali menguatkan kembali semangat bertarung para sahabat,
terutama setelah melihat Rasululah dalam kondisi kritis. Pada perang tersebut
Nabi SAW banyak kehilangan sahabat terbaiknya, para ahlul-Badar termasuk
pamannya, Hamzah --sang singa padang pasir. Namun demikian, Allah SWT
menggantikannya dengan masuk Islamnya sang Panglima perang Uhud, Khalid bin
Walid. Khalid memberikan kontribusi yang besar bagi perjuangan Islam hingga
akhir hayatnya. Dalam perang Uhud ini pulalah Ali RA melihat kesahajaan sosok
Fatimah binti Muhammad SAW. Fatimah turut serta dalam perang tersebut dan
membasuh luka ayahnya dan juga Ali RA, berikut pedang dan baju bersimbah darah.
Dalam perang Khandak. Perang yang juga terhitung genting. kembali menjadi pahlawan, setelah cuma ia satu-satunya sahabat yang 'berani' maju meladeni tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling tangguh, ‘Amr bin Abdi Wud Ali bertarung satu lawan satu. Ali dengan pedang “dzulfikar”nya berhasil menebas ‘Amr sehingga terbelah menjadi dua. Sementara dalam perang Khaibar, dimana kaum Yahudi melanggar perjanjian Huaibiah dan memerangi kaum Muslim, Ali berhasil menerobos Benteng Khaibar yang amat kokoh dan menghancurkan pertahanan kaum Yahudi.
Dalam perang Khandak. Perang yang juga terhitung genting. kembali menjadi pahlawan, setelah cuma ia satu-satunya sahabat yang 'berani' maju meladeni tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling tangguh, ‘Amr bin Abdi Wud Ali bertarung satu lawan satu. Ali dengan pedang “dzulfikar”nya berhasil menebas ‘Amr sehingga terbelah menjadi dua. Sementara dalam perang Khaibar, dimana kaum Yahudi melanggar perjanjian Huaibiah dan memerangi kaum Muslim, Ali berhasil menerobos Benteng Khaibar yang amat kokoh dan menghancurkan pertahanan kaum Yahudi.
Seluruh peperangan Rasulullah diikuti oleh Ali,
kecuali satu di Perang Tabuk. Rasulullah memintanya menetap di Mekkah untuk
menjaga stabilitas wilayah. Sebab Rasulullah mengetahui, ada upaya busuk dari
kaum munafiq untuk melemahkan Mekkah dari dalam saat Rasulullah keluar memimpin
perang Tabuk.
Setelah Rasulullah wafat. Ia lebih suka menyepi,
bergelut dengan ilmu, mengajarkan Islam kepada murid-muridnya. Pada masa
inilah, Ali kemudian mengasah diri mnjadi seorang pemikir. Keperkasaannya dan
keberaniannya yang banyak dikagumi telah berubah menjadi sosok yang identik
dengan ilmu. Ali terinspirasi oleh kata-kata mendiang Rasulullah, "jika
aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya".
Dari ahli pedang menjadi ahli kalam (pena). Ali begitu terbenam
didalamnya, hingga kemudian ia 'terbangun' kembali dan tersadar melihat begitu
banyak perubahan karena banyaknya perselisihan antar para sahabat yang sulit
untuk menemukan kesepakatan tentang berbagai persoalan. Dan ia menyadari,
hal tersebut karena adanya perbedaan pemahaman terhadap suatu masalah, ditambah
lagi dengan munculnya orang-orang munafik yang mulai kembali menentang
pemerintahan Islam sepeninggal Nabi SAW.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai
membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Namun demikian, kemudian
timbullah persoalan ketika Ali mulai mengeluarkan kebijakasanaan baru sebagai
khalifah. Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin
bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga
menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah
diterapkan Umar. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa
pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan.
Ali ibn Abi Thalib menghadapi masalah selanjutnya,
yaitu adanya pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Mereka
menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim, namun
Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman.s Ali sebenarnya ingin sekali
menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya
mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan
tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini
dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu
menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah
terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung
oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan
kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah,
Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara.
Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di
sini yang dikenal dengan namaperang shifiin. ini diakhiri dengan tahkim
(arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan
menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum khawariz orang-orang yang keluar
dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat
Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut
Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan
al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak
menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin
lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H
(660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin
Muljam.
good
ReplyDeleteOh wew oh wew
ReplyDelete