a. Paradigma Penelitian Kuantitatif
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yangmenggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Julia Brannen, ketika menjelaskan paradigma kuantitatif dan kualitatif, mengungkap paradigma penelitian kuantitaif dari dua aspek penting, yaitu: bahwa penelitian kuantitatif menggunakan enumerative induction dan cenderung membuat generalisasi (generalization) Penekanan analisis data dari pendekatan enumerative induction adalah perhitungan secara kuantitatif, mulai dari frekuensi sampai analisa statistik. Selanjutnya pada dasarnya generalisasi adalah pemberlakuan hasil temuan dari sampel terhadap semua populasi, tetapi karena dalam paradigma kuantitatif terdapat asumsi mengenai adanya “keserupaan” antara obyek-obyek tertentu, maka generalisasi juga dapat didefinisikan sebagai universalisasi.
b. Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada Pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistik atau interpretatif .
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.
Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah – bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.
Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.
2. Perbedaan Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif
Paradigma Kuantitatif
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yangmenggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Julia Brannen, ketika menjelaskan paradigma kuantitatif dan kualitatif, mengungkap paradigma penelitian kuantitaif dari dua aspek penting, yaitu: bahwa penelitian kuantitatif menggunakan enumerative induction dan cenderung membuat generalisasi (generalization) Penekanan analisis data dari pendekatan enumerative induction adalah perhitungan secara kuantitatif, mulai dari frekuensi sampai analisa statistik. Selanjutnya pada dasarnya generalisasi adalah pemberlakuan hasil temuan dari sampel terhadap semua populasi, tetapi karena dalam paradigma kuantitatif terdapat asumsi mengenai adanya “keserupaan” antara obyek-obyek tertentu, maka generalisasi juga dapat didefinisikan sebagai universalisasi.
b. Paradigma Penelitian Kualitatif
Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada Pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistik atau interpretatif .
Penelitian kualitatif adalah satu model penelitian humanistik, yang menempatkan manusia sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/budaya. Jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) ke dalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekwensi-konsekwensi dari sejumlah pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian, batasan-batasan, atau kompleksitas makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terkspresi secara eksplisit.
Paradigma kualitatif meyakini bahwa di dalam masyarakat terdapat keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu, bukan menciptakan atau membuat sendiri batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah – bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya, secara epistemologis, paradigma kualitatif tetap mengakui fakta empiris sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan verifikasi.
Dalam penelitian kualitatif, ‘proses’ penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti sebagai instrumen pengumpul data merupakan satu prinsip utama. Hanya dengan keterlibatan peneliti alam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawakan.
2. Perbedaan Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif
Paradigma Kuantitatif
1. Cenderung
menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa data, termasuk
dalam penarikan sampel.
2. Lebih
menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara berpikir
yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan
mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti
cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam
pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive)
dan berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti
berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap
berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
5. Bertujuan
untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan umum
(generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
6. Berorientasi
pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih dipercayakan pada
intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria
data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya cenderung
mengambil data konkrit (hard fact).
8. Walaupun
data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan pada
pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa
variabel-variabel tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
Paradigma Kualitatif
Paradigma Kualitatif
1. Cenderung
menggunakan metode kualitatif, baik dalam pengumpulan maupun dalam proses
analisisnya.
2. Lebih
mementingkan penghayat-an dan pengertian dalam menangkap gejala
(fenomenologis).
3. Pendekatannya
wajar, dengan menggunakan pengamatan yang bebas (tanpa pengaturan yang ketat).
4. Lebih
mendekatkan diri pada situasi dan kondisi yang ada pada sumber data, dengan
berusaha menempatkan diri serta berpikir dari sudut pandang “orang dalam”.
5. Bertujuan
untuk menemukan teori dari lapangan secara deskriptif dengan menggunakan metode
berpikir induktif. Jadi bukan untuk menguji teori atau hipotesis.
6. Berorientasi
pada proses, dengan mengandalkan diri peneliti sebagai instrumen utama. Hal ini
dinilai cukup penting karena dalam proses itu sendiri dapat sekaligus terjadi
kegiatan analisis, dan pengambilan keputusan.
7. Keriteria
data/informasi lebih menekankan pada segi validitasnya, yang tidak saja
mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik atau abstrak.
8. Ruang lingkup
penelitian lebih dibatasi pada kasus-kasus singular, sehingga tekannya bukan
pada segi generalisasinya melainkan pada segi otensitasnya.
9. Fokus
penelitian bersifat holistik,meliputi aspek yang cukup luas (tidak dibatasi
pada variabel tertentu
terimakasih, sangat membantu, saya ijin share
ReplyDeletebagus,,
ReplyDelete👍
ReplyDeletebisa disebutkan sumbernya ? sangat bermanfaat
ReplyDelete