Menurut
Hamid, Indonesia merupakan negara yang terbilang berhasil terserang
penyakit Liberalisme agama dibanding negeri-negeri muslim di belahan
bumi lainnya seperti di Timur Tengah ataupun di Afrika. Hal itu terjadi
karena adanya peran media dalam penyebarannya. Belum lama ini, Hamid
juga mendengar, di IAIN Jember, ada seorang dosen “gila” yang melempar
Al Qur’an ke lantai. Dalam pemikiran dosen laknatullah itu, Al-Qur’an
itu bukan kita suci. Yang mengkhawatirkan lagi, saat ini sudah ada
perguruan tinggi yang membuka program S3 bidang Pluralisme Agama.Menurut
Hamid, Indonesia merupakan negara yang terbilang berhasil terserang
penyakit Liberalisme agama dibanding negeri-negeri muslim di belahan
bumi lainnya seperti di Timur Tengah ataupun di Afrika. Hal itu terjadi
karena adanya peran media dalam penyebarannya. Belum lama ini, Hamid
juga mendengar, di IAIN Jember, ada seorang dosen “gila” yang melempar
Al Qur’an ke lantai. Dalam pemikiran dosen laknatullah itu, Al-Qur’an
itu bukan kita suci. Yang mengkhawatirkan lagi, saat ini sudah ada
perguruan tinggi yang membuka program S3 bidang Pluralisme Agama.
Seperti
diketahui, arus liberalisme juga dibawa oleh para mahasiswa yang kuliah
di perguruan tinggi untuk kemudian disebarkan hingga ke pedesaan.
Mereka merasa dengan wacana liberalisme akan dilihat sebagai orang
terpelajar di kampungnya Maka adalah wajar jika nilai-nilai tradisional
Islam sudah kian luntur di pedesaan saat ini.“Orang desa sekarang ini
sudah mulai mengalami urbanisasi dan westernisasi,” kata Alumnus IIUM
Malaysia ini.Seperti diketahui, arus liberalisme juga dibawa oleh
para mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi untuk kemudian
disebarkan hingga ke pedesaan. Mereka merasa dengan wacana liberalisme
akan dilihat sebagai orang terpelajar di kampungnya Maka adalah wajar
jika nilai-nilai tradisional Islam sudah kian luntur di pedesaan saat
ini.“Orang desa sekarang ini sudah mulai mengalami urbanisasi dan
westernisasi,” kata Alumnus IIUM Malaysia ini.
Untuk
membendung arus liberalisme pedesaan, Hamid yang baru saja diamanahkan
menjadi ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia(MIUMI),
menyarankan, agar menciptakan komunitas di kota-kota besar. Komunitas
itu menciptakan komunitas lagi dibawahnya. Nah mereka-mereka itulah yang
akan menjelaskan tentang bahaya faham liberal kepada masyarakat. Tentu,
hal yang sangat memperihatinkan, jika masyarakat mengira bahwa apa yang
dikatakan oleh si tokoh tentang pluralism itu adalah sesuatu hal yang
benar.Untuk membendung arus liberalisme pedesaan, Hamid yang baru
saja diamanahkan menjadi ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda
Indonesia(MIUMI), menyarankan, agar menciptakan komunitas di kota-kota
besar. Komunitas itu menciptakan komunitas lagi dibawahnya. Nah
mereka-mereka itulah yang akan menjelaskan tentang bahaya faham liberal
kepada masyarakat. Tentu, hal yang sangat memperihatinkan, jika
masyarakat mengira bahwa apa yang dikatakan oleh si tokoh tentang
pluralism itu adalah sesuatu hal yang benar.
Dalam
menghadapi pengasong sepilis (sekularisme, pluralism dan liberalism),
kata Hamid, hendaknya mendatangi mereka, ajak diskusi, sampai dia
menyerah. “Sejujurnya, kita kerap memikirkan pemikiran orang lain,
sementara orang lain tidak ada yang memikirkan kita,” ujarnya guyon.Dalam
menghadapi pengasong sepilis (sekularisme, pluralism dan liberalism),
kata Hamid, hendaknya mendatangi mereka, ajak diskusi, sampai dia
menyerah. “Sejujurnya, kita kerap memikirkan pemikiran orang lain,
sementara orang lain tidak ada yang memikirkan kita,” ujarnya guyon.
Sementara
itu Direktur Eksekutif INSISTS, Adnin Armas mengatakan penyebaran
kebaikan dengan ilmu harus dilakukan di Indonesia. Usia INSISTS memang
masih sangat muda, baru sembilan tahun. Tapi ini adalah usia permulaan
untuk kerja besar yang akan terus dilaksanakan dan coba diemban oleh
INSISTS, berusaha menghidupkan tradisi Ilmu bagi Indonesia. Bangsa
Indonesia tidak mungkin akan menjadi bangsa besar jika mengabaikan
tradisi ilmu ini.Sementara itu Direktur Eksekutif INSISTS, Adnin
Armas mengatakan penyebaran kebaikan dengan ilmu harus dilakukan di
Indonesia. Usia INSISTS memang masih sangat muda, baru sembilan tahun.
Tapi ini adalah usia permulaan untuk kerja besar yang akan terus
dilaksanakan dan coba diemban oleh INSISTS, berusaha menghidupkan
tradisi Ilmu bagi Indonesia. Bangsa Indonesia tidak mungkin akan menjadi
bangsa besar jika mengabaikan tradisi ilmu ini.
Dewan
Pembina dan Pendiri INSISTS, Adian Husaini mengatakan tidak menyangka
INSISTS bisa berkembang dalam pemikiran Islam dan telah mengadakan
workshop yang diikuti pimpinan pondok pesantren dan kampus. “Pemikiran
Islam saat ini bertarung dengan pemikiran liberal. Karena itu, INSISTS
berfokus pada pemikiran dan kajian yang mendalam tentang peradaban
Islam," tuturnya. DesastianDewan Pembina dan
Pendiri INSISTS, Adian Husaini mengatakan tidak menyangka INSISTS bisa
berkembang dalam pemikiran Islam dan telah mengadakan workshop yang
diikuti pimpinan pondok pesantren dan kampus. “Pemikiran Islam saat ini
bertarung dengan pemikiran liberal. Karena itu, INSISTS berfokus pada
pemikiran dan kajian yang mendalam tentang peradaban Islam
No comments:
Post a Comment