MAKALAH KWU (KEWIRAUSAHAAN) - MENGELOLA KONFLIK
< Pengertian Konflik
Pengertian:
· Segala macam
interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak atau lebih.
· Proses yang
timbul karena suatu pihak merasa bahwa pihak lainnya mempunyai persepsi yang
tidak sejalan dengan pihaknya
Elemen dalam konflik:
·
1) adanya
dua pihak atau lebih;
·
2) interaksi
pertentangan
Konflik
organisasi adalah:
“ketidaksesuaian
antara dua atau lebih anggota atau kelompok organisasi yang timbul karena
adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber-sumber daya yang
terbatas dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan
status, tujuan, nilai atau persepsi.”
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam
setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik
dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang
terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak
sempurna dapat menciptakan konflik. Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di
dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern)
yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupa perselisihan (disagreement),
adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan
lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi
antar kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat
memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya
kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Substantive
conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,
pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distribusi kebijaksanaan serta
procedure serta pembagian jabatan pekerjaan.
Emotional
conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik,
takut dan penolakan, serta adanya pertentangan anatr pribadi (personality
clashes).Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok
pekerja saling terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik
muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan sebagai
komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.
Seorang
wirausahawan harus memandang sebuah persoalan dari berbagai sudut dan mencari
cara baru untuk memecahkan masalahnya. Jika kelompok karyawan perusahaan
mengurangi jumlah pilihan misalnya, maka wirausahawan harus mempertimbangkan
masalahnya agar menjadi luas dan mendalam.
Jika
wirausahawan meninjau lagi pemecahan masalah yang mungkin terkait di dalm
daftar, maka beberapa pemecahan itu dapat digabungkan, sedangkan pemecahan
masalah yang lainnya dapat dikesampingkan. Berikut ini beberapa criteria yang
mungkin sangat berguna jika seorang wirausahawan ingin mengevaluasi pemecahan
masalah yang diusulkan.
1.
Apakah
pemecahan masalah itu dapat diterapkan dengan baik?
2.
Apakah
pemecahan masalah itu sudah logis?
3.
Apakah
persoalan-persoalan tambahan yang timbul dapat diselesaikan dengan baik?
Permasalahan
yang dihadapi oleh para wirausahawan hendaknya yang actual dan menarik serta
mengandung beberapa kemungkinan tindakan, di antara beberapa alternative
pemecahan masalah, salah satunya cara penerapan Teori Dewey tentang berpikir
positif, bahwa seorang wirausahawan hendaknya:
1.
Tidak
merasa bimbang,bingung, dan kesulitan;
2.
Merumuskan
masalah yang ingin dipecahkan untuk mengatasi kebimbangan tersebut;
3.
Menguji
hipotesis dengan mengumpulkan data factual sebagai usaha menemukan cara
pemecahan masalah;
4.
Mengembangkan
ide untuk memperoleh pemecahan terbaik;
5.
Mengambik
kesimpulan yang didukung oleh fakta yang valid.
A.
Konflik sebagai Bagian Masalah
dalam Wiausaha
Konflik adalah ketidakseimbangan antar norma yang berlaku dan sikap yang
dilakukan. Dalam dunia usaha, konflik dapat terjadi karena beberapa factor,
antara lain:
1.
Tidak
adanya tujuan usaha yang jelas.
2.
Tidak
adanya job description yang jelas atau pembagian tugas.
3.
Tidak
adanya perencanaan kegiatan usaha.
4.
Tidak
adanya struktur organisasi.
5.
Manajemen
perusahaan.
Setiap konflik yang terjadi di
perusahaan atau pada lembaga atau instalasi
atau organisasi dapat menimbulkan suatu masalah sehinnga mengganggu
kegiatan yang sedang berjalan.
Apabila konflik yang muncul tidak
segera ditindak lanjuti maka dapat menimbulkan masalah yang besar dan
kompleks.Jika terjadi konflik, maka seorang pemimpin harus segera mengambil
suatu tindakan untuk mengidentifikasi konflik yang muncul.
Berikut
ini langkah-langkah untuk mengidentifikasi konflik :
1.
Mengumpulkan
informasi dari sumber konflik.
2.
Mencari
fakta konflik.
3.
Menetapkan
beberapa alternative konflik.
4.
Menetapkan
satu konflik yang tepat.
5.
Menganalisis
konflik.
6.
Menemukan
solusi konflik.
Contoh:
Ibu Yuni
memiliki usaha toko kelontong “Anisa” yang menyediakan barang-barang kebutuhan
pokok. Dalam mengelola usahanya, Ibu Yuni sangat rajin dan teliti. Semua barang
dagangan tertata dengan rapi dan kebersihan selalu dijaga. Letaknya yang
strategis dan luas dapat menarik pembeli. Namun kenyataannya toko kelontong Ibu
Yuni tidak laku dan tidak ada yang membeli. Berdasarkan ilustrasi di atas, kita
cari konflik yang terjadi dengan melakukan identifikasi konflik.
1.
Informasi atau sumber konflik
a.
Toko
kelontong Anisa.
b.
Omzet
penjualan tidak ada.
c.
Daya beli
konsumen.
d.
Selera
konsumen.
2.
Fakta konflik
a.
Daya beli
konsumen di lingkungan toko kelontong Anisa rendah.
b.
Selera
konsumen pada umumnya rendah.
c.
Rata-rata
pendapatan calon konsumen rendah.
d.
Barang
dagangan toko kelontong Anisa tidak sesuai dengan daya beli dan selera
konsumen.
e.
Calon
konsumen memilih berbelanja di pasar tradisional dengan harga terjangkau dan
sesuai selera.
3.
Menetapkan alternative konflik
a.
Daya beli
konsumen yang tidak sesuai.
b.
Selera
konsumen pada yang tidak sesuai.
c.
Omzet
penjualan yang rendah.
4.
Menetapkan satu konflik yaitu
omzet penjualan yang rendah.
5.
Menganalisis konflik
Yaitu
dengan mencari factor penyebab konflik.
6.
Menemukan solusi konflik
Hal-hal
yang menyebabkan konflik terjadi yaitu:
a.
Tidak
adanya observasi pelanggan.
b.
Tidak
adanya persediaan barang dagangan yang bervariatif sesuai dengan daya beli dan
selera pasar.
c.
Tidak
adanya sosialisasi pada lingkungan.
B.
Penggolongan Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel menjelaskan bahawa konflik dapat digolongkan
sebagai berikut :
1.
Konflik Intrapersonal adalah
konflik yang terdapat dalam diri seseorang,konflik ini terjadi ketika pada suatu waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginanyang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.Ada tiga macam
bentuk konflik intrapersonal, yaitu :
§
Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada pilihan yang sama
sama menarik
§
Konflik
pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada ddua pilihan yang
sama menyulitkan.
§
Konflik
enghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada suatu hal yang
mempunyai nilai Fositif dan Negatif.
2.
Konflik Interpersonal adalah
suatu pertentangan yang terjadi antara seseorang dengan orang lain karena
adanya perbedaan kepentingan atau keinginan,konflik ini biasa terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Dalam
bidang usaha, hal ini dapat terjadi ketika suatu usaha yang telah berkembang dan
melibatkan beberapa karyawan yang terlibat di dalam konflik interpersonal.
3.
Konflik antar-individu dan
kelompok. Hal ini
berhubungan dengan cara individu menghadapi tekana-tekanan unutuk mencapai
konformitas yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka. Sebagai
contoh, bahawa seseorang individuv dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena
ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
C.
Tingkatan Konflik
Konflik yang timbul dalam suatu
lingkungan pekerjaan dapat dibagi dalam empat tingkatan yaitu sebagi berikut :
a.
Konflik
dalam diri Individu itu sendiri
Konflik
dalam diri seseorang dapat timbul jika terjadi kasus overload, dimana ia
dibebani dengan tanggung jawab pekerjaan yang terlalu banyak, dan dapat pula
terjadi ketika dihadapkan pada suatu titik di mana ia harus mebuat keputusan
yang melibatkan pemilihan alternatif yang terbaik.
Perspektif
di bawah ini mengentifisikan empat episode konflik, dikutip dari tulisan Thomas V.Banomaa dan Gerald Zaltman
dalam buku Psychology for Management :
§
Approach-approach
conflict ,yaitu situasi dimana seseorang harus memilih salah satu diantara
beberapa alternatif yangsama baiknya.
§
Avoudance-avoidance
conflict, yaitu situasi dimana seseorang terpaksa memilih salah satu di antara
beberapa alternatif tujuan yang sama buruknya.
§
Aproach-avoidance
conflict, yaitu merupakan suatu situasi di mana seseorang terdorong oleh
keinginan yang kuat untuk mencapai satu tujuan, tetapi disisi lain secara
stimultan selalu terhalang dari tujuan tersebut oleh aspek-aspek tidak
menguntungkan yang tidak bisa lepas dari proses pencapaian tujuan itu sendiri.
§
Multiple
aproach-avoidance conflict, yaitu suatu situasi di mana seseorang terpaksa dihadapkan pada kasus
kombinasi ganda dari approach-avoidance conflict.
Konflik
yang berasal dari dalam diri sendiri (masalah intern) seringkali disebabkan
oleh unsur-unsur berikut :
a)
Rasa
kurang percaya diri
b)
Latar
belakang pendidikan yang kuang memadai
c)
Budaya
yang membatasi
d)
Pola asuh
orang tua
e)
Masalh
kesehatan seseorang
b.
Konflik
Interpersonal
Konflik
interpersonal merupakan konflik antara
satu individu dengan individual yang lain.Konflik interpersonal dapat berbentuk
substantive maupun emotional,bahkan merupakan kasus utama dari konflik yang
dihadapi oleh para manajer dalam hubungan interpersonal sebagai bagian dari tugas
manajerial itu sendiri. Konflik yang timbul dengan orang lain atau karena fakor
li gkungan ekstern, misalnya dari lingkungan kerja yang sering kita tidak dapat
hindari. Faktor ekstern tersebut jika
mungkin hendaknya kita ubah menjadi suatu kerjasama. Sebab banyak sekali
unsur-unsur penyebab konflik yang tidak
dapat dihindari lagi bila kita berada di lingkungan kerja.
c.
Konflik
Intergrup
Konflik
intergrup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi organisasi manapun konflik
ini menyebabkan sulitnya koordinasi dan integrasi dari kegiatan yang berkaitan
dengan tugas-tugas dan pekerjaan. Dalam setiap kasus, hubungan intergrup harus
di-manage sebaik mungkin untuk mempertahankan kolaborasi dan menghindari semua
konsekuensi disfungsional dari setiap konflik yang mungkin timbul.
Dibawah
ini ada beberapa pendapat tentang konflik yang timbul dalam perusahaan, antara
lain :
§
Pandangan
Tardisional
Konflik
merupakan hal yang tidak diinginkan dan berbahaya bagi organisasi atau
perusahaan.Mereka berpendapat bahawa timbulnya konflik menunjukan adanya
sesuatu yang salah dalam organisasi.
§
Pandangan
perilaku
Konflik
merupakan suatu peristiwa yang sering terjadi dalam organisasi. Mereka
berpendapat bahwa dalam organisasi yang terdiri dari kupulan orang-orang, wajar
jika mereka mempunyai kepentingan yang saling bertentangan ehingga menimbulkan
konflik.
§
Pandangan
Interaksi
Konflik
dalam organisasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dan ahkan
diperlukan.Mereka berpendapat mesikpun konflik sering merugikan,tetapi konflik
tidak bisa dipungkiri dapat membuat organisasi
bisa beroperasi dengan lebih efektif.
Para
wirausahawan dalam tugasnya setiap hari selalu berhadapan dengan orang-orang
yang berbeda kepentingannya. Tiap-tiap orang yang berbeda kepentingan
tersebut,semuanya berpotensi menimbulkan konflik.Adapun orang-orang yang dapat
menimbulkan konflik bagi wirausahawan adalah sebagai berikut :
a)
Para
kosumen dan pelanggan
b)
Para
karyawan atau pegawal sendiri
c)
Para
pemasok atau suplaiyer
d)
Para
investor
e)
Para
mitra usaha
f)
Masyarakat
sekitar perusahaan
g)
Para
pesaing, dan sebagainya.
4.Konflik
Interorganisasi
Konflik ini sering
dikaitkan dengan persaingan yang timbul di antara perusahaan – perusahaan
swasta.Konflik interorganisasi sebenarnya berkaitkan dengan isu yang lebih
besar lagi, contohnya perselisihan antara serikat buruh dengan perusahaan.Dalam
setiap kasus,potensi terjadinya konflik melibatkan individual yang mewakili
organisasi secara keseluruhan, bukan hanya sub-unit internal atau grup.
D.
Konflik sebagai Suatu Proses
Konflik merupakan proses
yang dinamis, bukannya kondisi statis.Konflik memiliki awal dan melalui banyak
tahap sebelum berakhir. Ada banyak pendekatan yang baik untuk menggambarka
proses suatu konflik antara lain sebsgai berikut :
i.
Antecedent
Conditions or latent conflict
Merupakan
kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan atau mengawali sebuah episode
konflik.Terkadang tindakan agresi dapat mengawali proses
konflik.Antecendent conditions dapat
tidak terlihat,tidak begitu jelas di permukaan.Perlu diingat bahwa
kondisi-kondisi ini belum tentu mengawali proses suatu konflik. Sebagai
contoh,tekanan yang didapat departemen produksi suatu perusahaan untuk menekan
biaya bisa menjadi sumber frustasi ketika manager penjualan ingin agar produksi
ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang mendesak. Namun demikian,
konflik belum tentu muncul karena kedua belah pihak tidak berkeras memenuhi
keinginannya masing-masing.Disinilah dikatakan konflik bersifat laten,yaitu
berpotensi untuk muncul tapi dalam kenyataannya
tidak terjadi.
ii.
Perceived
Conflict
Agar
konflik berlanjut , kedua belah pihak harus menyadari bahwa mereka dalam
keadaan terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini salah satu
pihak dapat saja melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain,
namun tidak disadari sebagai ancaman.
iii.
Felt Conflict
Persepsi
berkaitan erat dengan perasaan. Karena itulah jika orang merasakan adanya
perselisihan baik secara aktual maupun potensial,ketegangan,frustasi,rasa marah
maupun kegusaran akan bertambah.
iv.
Manifest
Conflict
Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk beraksi
terhadap situasi tersebut. Begitu banyak reaksi yang mungkin muncul pada tahap
ini, tindakan agresif atau bahkan munculnya niat yang baik yang mengahasilkan
penyelesaian masalah yang konstruktur.
v.
Conflict Resolution or Suppression
Konflik
resolution atau hasil dari konflik dapat muncul dalam berbagai cara.Tetapi
terkadang terjadi pengacauan (suppression) dari konflik itu sendiri.
vi.
Conflict
Alternatif
Ketika
konflik terselesaikan,tetap ada perasaan yang tertinggal.Jika yang teringga
adalah perasaan tidak enak dan ketidakpuasan hal ini dapat menjai kondisi yang
potensial untuk episode konflik yang selanjutnya.
E.
Penyebab Terjadinya Konflik
Penyelesaian efektif dari suatu konflik seringkali
menuntut agar faktor-faktor
penyebabnya diubah. Penyebab
terjadinya konflik dikelompokkan dalam tiga kategori besar, yaitu karakteristik
individual , beberapa kondisi umum yang muncul di antara orang-orang dan grup,
serta desain dan struktur organisasi sendiri.
1.Karakteristik
Individual
Berikut ini merupakan perbedaan individual antar
orang-orang yang mungkin dapat melibatkan seseorang dalam konflik.
a.
Nilai
sikap dan kepercayaan (Values, Attitude, dan Baliefs).
b.
Kebutuhan
dan kepribadian (Needs and Personality).
c.
Perbedaan
persepsi (Perseptual Differences).
2.Faktor
Situasi
a. Kesempatan dan kebutuhan berinteraksi
(Oppurtunity and Need to Interact).
b. Kebutuhan untuk berkonsensus
(Need for Consensus).
c. Ketergantungan satu pihak
kepada pihak lain (Dependency of One Party to Another)
d. Perbedaan status (Status
Differences)
e. Rintangan komunikasi
(Communication Barriers).
f. Batas-batas tanggungjawab dan
jurisdiksi yang tidak jelas (Ambiguous Tespondibilites and Jurisdictions).
Adapun faktor-faktor penyebab
terjadinya konflik di lingkungan kerja antara lain sebagai berikut.
1.
Perbedaan Kepribadian
Ada orang-orang yan g kepribadian
obsessive-compulsive. Menurut Caviola dan Lavender, orang-orang yang
berkepribadian obsessive-compulsive tersebut cenderung suka mencari-cari
kesalahan dan memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Ia selalu merasa bahwa
caranyalah yang terbaik untuk dilakukan. Bila kita menghadapi orang-orang
dengan tipe yang seri ng menyebabkan konflik, sebaiknya kita mencari strategi
untuk mengubah konflik tersebut menjadi kerjasama yang menguntungkan.
2.Perbedaan
Latar Belakang Kebudayaan
Masing-masing kelompok kebudayaan
memilik nilai-nilai dan norma-norma social yang berbeda-beda ukurannya sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat
mendatangi konflik sosial. Penyebab kriteria
tentang baik buruk, sopan tidak sopan, pantas tidak pantas atau bahkan
berguna atau tidak bergunanya yang didasarkan pada latar belakang kebudayaan
masing-masing.
3.Perbedaan
Cara Pandang
Adanya perbedaan cara pandang
yang terjadi pada sekelompok orang seringkali menimbulkan konflik. Perbedaan
prinsip di antara anggota tim, misalnya seseorang menginginkan agar pekerjaa
dapat diselesaikan secepat mungkin dan bila ada kekurangan akan diperbaiki
kemudian. Sedangkan anggota yang lain menginginkan kualitas sebaik mungkin dan
berpikir bahwa biar lambat asal selamat. Tentu saja dua orang anggota yang
berbeda prinsip atau cara pandang tersebut akan sulit bekerja sama, sehingga
dapat menimbulkan konflik.
4.Perbedaan
Tujuan dan Kepentingan
Jika di antara para anggota tim
terdapat perbedaan tujuan dan kepentingan, maka hal tersebut pasti akan memicu
konflik. Misalnya adanya perbedaan antara tujuan individu dalam tim dengan
tujuan tim. Jika ada seorang anggota tim yanglebih mengutamakan tujuan dan
kepentingan pribadinya sendiri seperti mengejar volume penjualan yang besar,
sehingga dengan ambisinya yang besar itu dia melakukan berbagai cara untuk
mencapainya, misalnya mengurangi kualitas agar dapat menekan biaya, atau
memberikan diskon besar tanpa menjaga nama baik dan profit perusahaan. Anggota
tim yang seperti ini tentu saja mendapat masalah bila bekerja dengan temannya
yang lebih mengutamakan pencapaian tujuan perusahaan dalam jangka panjang.
5.Perbedaan
Pemahaman
Konflik dapat terjadi karena
adanya kesalahpahaman yang menimbulkan perbedaan pemahaman. Hal itu terjadi
bila penjelasan yang didengar atau fakta yang dikumpulkan kurang lengkap atau
kurang akurat. Dapat pula karena pemahaman yang setengah-setengah dan tidak
tuntas sehingga berpotensi menimbulkan konflik.
Misalnya seorang pimpinan
menugaskan kepada bawahan yang bertumpang tindih dengan tugas yang harus
dilakukan oleh anggota tim lainnya. Kondisi ini dapat menimbulkan konflik antar
rekan kerja di perusahaan.
6.Perubahan-perubahan
Nilai yang Cepat
Nilai-nilai sosial, baik nilai
kebenaran, kesopanan, maupun nilai material dari suatu benda mengalami
perubahan. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak akan menyebabkan konflik
sosial.
Misalnya industrialisasi yang
mendadak di poedesaan akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama
pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat indiustri. Nilai-nilai yang berubah itu
seperti nilai kegotong-royongan yang berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan structural yang disusun dalm organisasi formal
perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah
menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagfian waktu yang tegas seperti jadwal kerja
dan istorahat dalam dunia industry.
Di samping faktor-faktor
tersebut, konflik terjadi karena dipidu oleh situasi-situasi yang mendukung,
antara lain sebagai berikut.
1.
Konflik dalam keluarga
Contoh:
a.
Perbedaan
pendapat dalam opengelolaan usaha keluarga dengan orang tua, diman orang tua
tentu melindungi anak, sehingga anak merasa tidak dipercaya dan mampu salam
menjalankan usaha keluarga.
b.
Perbedaan
selera makan orang tua dengan anak-anaknya sehingga orang tua sering maskan di
luar rumah.
c.
Perbedaan
gaya hidup dan pola piker antara suami istri.
2.
Konflik dengan mitra kerja
Contoh : perbedaan persepsi dalam
suatu masalah sehingga suasana kerja tidak menyenangkan.
3.
Konflik dengan atasan atau
manajer
Contoh : gaji yang tidak sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan hidup.
4.
Konflik dengan bawahan atau
pekerja
Contoh : turunnya tingkat
produktivitas pekerja yang memnyebabkan omzet produksi dan kualitas produk
menurun tajam.
5.
Konflik agama
Contoh : munculnya fanatisme dan
SARA
6.
Konflik pribadi
Contoh : keterbatasan kemampuan
yang menyebabkanrasa tidak percaya diri dan minder.
No comments:
Post a Comment