Wednesday, September 12, 2012

BIAS GENDER


LAPORAN PENELITIAN MEDIA MASSA DAN BIAS GENDER
KUSHANDAJANI, KUSHANDAJANI and FITRIYAH, FITRIYAH and RAKHMAD, WIWID NOOR (2001) LAPORAN PENELITIAN MEDIA MASSA DAN BIAS GENDER. Documentation. UNIVERSITAS DIPONEGORO.




Abstract
Apakah media merepresentasikan kondisi sosial masyarakatnya melalui teks-teks yang disajikannya ? Atau media terkooptasi oleh budaya mayoritas di mana media tersebut tumbuh dan berkembang di dalamnya ? Diskusi tentang representasi perempuan dalam media seringkali berputar pada persoalan yang sama dengan pelbagai latar belakang idiologi di dalamnya. Sosok perempuan, adalah subyek manusia yang bukan laki-laki yang sering dihadirkan sebagai obyek oleh media. Perempuan ada dan dijadikan komoditas oleh media yang berdiri dengan basis idiologi di balik proses representasi tersebut. Konstruksi sosial dan kebudayaan mengkristal menjadi sebuah idiologi yang bias gender. Memposisikan perempuan subordinate di bawah laki-laki. Bias gender, berbarengan dengan idiologi kapitalis, dan budaya patriarkhi selanjutnya banyak mewarnai media, dan secara sadar atau tidak sadar kemudian mensosialisasikan pada publiknya. Balutan Idiologi kapitalis, budaya patriarkhi akhirnya tidak lepas dari'diri' penulis (wartawan) dan redaksi media dengan kemampuan agenda medianya untuk ber-andil besar dalam mensosialisasikan dan sekaligus memperteguh persoalan ketidakadilan gender yang terjadi selama ini. Dan bias gender ini akan semakin nampak manakala media melakukan representasi ini melalui teks-teks yang dikandungnya. Serangkaian penelitian yang terkait dengan persoalan kesetaraan peran, fungsi, dan kedudukan perempuan'dalam format sosial dan kebudayaan mewarnai sekian banyak kajian penelitian sosial saat ini. Dan penelitian ini merupakan salah satu di antara deretan kajian yang 'telah' berjumlah banyak itu. Penelitian ini berangkat dad persoalan yang selama ini telah banyak diperbincangkan orang, namun - tentu saja - berangkat dari beberapa pertanyaan yang berbeda. Kajian tentang representasi media dan gender dengan analisis wacana secara kualitatif mampu mengungkapkan sejumlah makna di bank teks yang direpresentasikan oleh media. Namun pertanyaan mengenai seberapa besar sesungguhnya perhatian media terhadap persoalan perempuan, ada kecenderungan bias gender atau tidak, sena bagaimana pengaruhnya terhadap persepsi pembacanya tentu saja memerlukan satu pendekatan sendiri di dalamnya. Metoda apapun yang akan digunakan dalam setiap penelitian akan sangat tergantung pada pertanyaan penelitian yang diajukan. Karenanya ada dua pendekatan yang digunakan untuk menjawab serangkaian pertanyaan tersebut; untuk melihat representasi media (dalam penelitian ini adalah Harlan Suara Merdeka dan Koran Sore Wawasan) digunakan metoda analisis isi, dan untuk menjawab pertanyaan tentang sejauh mana pengaruh representasi penulisan berita tentang perempuan terhadap persepsi pembacanya digunakan metoda survey. Dengan analisis isi, secara kuantitatif dapat diungkapkan sejauh mana perhatian media pada persoalan-persoalan perempuan dan gender. Dan dengan metoda survey diupayakan untuk menemukan jawaban mengenai keterkaitan antara isi media dengan persepsi pembaca tentang gender. Dan 22 teks yang dimuat di harian Suara Merdeka dan 32 teks dari koran sore Wawasan yang diamati, berikut wawancara dengan 33 orang respondan menunjukkan beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari penelitian ini : 1. Bahwa sebaran informasi bermuatan gender pada umumnya dapatditemukan pada hampir setiap halaman pemberitaan, baik si Suara Merdeka maupun di Wawasan. Namun demikian sekalipun tersebar di hampir setiap halaman kedua media tersebut, namun berita atau tulisan tentang perempuan berdimensi gender yang diangkat sebagai berita utama proporsinya dapat dikatakan relatif kecil. Kondisi yang kurang lebih sama akan ditemui manakala pengarnatan dilakukan terhadap ukuran (cm kolom) pemuatan berita dengan muatan persoalan gender, sebagian besar ditampilan dalam ukuran yang relatif kecil, setidaknya bila dibandingkan dengan topik-topik berita yang lain. 2. Sekalipun Suara Merdeka dan Wawasan Bukan merupakan local newspaper, namun demikian karena sebagian besar pangsa pasarnya adalah pembaca di Jawa Tengah dan sekitarnya, maka sebagian besar berita bermuatan gender ini dapat dikatakan merupakan berita yang peristiwa maupun narasumbernya dari daerah setempat. Sisi yang cukup memprihatinkan dari pemuatan berita gender di kedua media ini adalah minimnya penulisan informasi dalam bentuk opini dan feature. Minimnya penulisan dalam bentuk opini dan feature ini ternyata diikuti pula oleh banyaknya sajian berita bermuatan gender yang ditulis dalam format stright news. Berita pendek yang menerangkan tentang 5W dan H. 3. Apabila data mengenai sumber berita menu njukkan bahwa sebagian besar sumber berita berasal dari masyarakat (45,45% SM dan 34,38% Wws) maka harus dibaca dengan cermat dan kritis, apakah persoalan gender dalam media diangkat oleh elemen-elemen masyarakat umum, merepresentasikan kondisi yang terjadi dalam masyarakat, atau justru bias gender ini muncul karena perspektif penulis - dalam hal ini wartawan - pada saat mengangkat sebuah fakta menjadi berita dengan berpihak pada pilihan kata-kata atau kalimat tertentu ? 4. Nampaknya informasi atau berita yang terkait dengan perempuan bukan hal yang menarik untuk para pembaca Suara Merdeka dan Wawasan. Relatif sebagian kecil dari pembaca yang berminat, memberikan perhatian dan mengikuti perkembangan informasi yang terkait dengan perempuan. Kecil sekali dijumpai adanya responden yang secara khusus mencari informasi tentang perempuan. Terkait dengan peran media dan bias gender yang menjadi fokus kajian penelitian ini, sedikit sekali pembaca Suara Merdeka dan Wawasan yang menyatakan bahwa opini dan persepsi mereka tentang perempuan dan gender dipengaruhi oleh apa yang mereka baca dari media. Sejumlah responden menyatakan, bahwa agenda media tentang isue gender masih sangat minim sekali, karenanya dapat dimaklumi apabila publik media beranggapan bahwa koran yang mereka baca belum melakukan pendidikan gender. Sekalipun Suara Merdeka dan Wawasan dinilai responden cukup santun dalam memberitakan perempuan, namun responden manila' bahwa kedua media tersebut tidak punya motivasi untuk melakukan pendidikan dan penanaman nilai kesetaraan gender pada publiknya. Namun demikian responden penelitian ini masih menaruh harapan besar akan kepedulian media pada persoalan perempuan dan

No comments:

Post a Comment