LAPORAN PENELITIAN MEDIA MASSA
DAN BIAS GENDER
KUSHANDAJANI,
KUSHANDAJANI and FITRIYAH, FITRIYAH and RAKHMAD, WIWID NOOR (2001) LAPORAN
PENELITIAN MEDIA MASSA DAN BIAS GENDER. Documentation. UNIVERSITAS
DIPONEGORO.
|
|
Abstract
Apakah media merepresentasikan kondisi sosial
masyarakatnya melalui teks-teks yang disajikannya ? Atau media terkooptasi oleh
budaya mayoritas di mana media tersebut tumbuh dan berkembang di dalamnya ?
Diskusi tentang representasi perempuan dalam media seringkali berputar pada
persoalan yang sama dengan pelbagai latar belakang idiologi di dalamnya. Sosok
perempuan, adalah subyek manusia yang bukan laki-laki yang sering dihadirkan
sebagai obyek oleh media. Perempuan ada dan dijadikan komoditas oleh media yang
berdiri dengan basis idiologi di balik proses representasi tersebut. Konstruksi
sosial dan kebudayaan mengkristal menjadi sebuah idiologi yang bias gender.
Memposisikan perempuan subordinate di bawah laki-laki. Bias gender, berbarengan
dengan idiologi kapitalis, dan budaya patriarkhi selanjutnya banyak mewarnai
media, dan secara sadar atau tidak sadar kemudian mensosialisasikan pada
publiknya. Balutan Idiologi kapitalis, budaya patriarkhi akhirnya tidak lepas
dari'diri' penulis (wartawan) dan redaksi media dengan kemampuan agenda
medianya untuk ber-andil besar dalam mensosialisasikan dan sekaligus
memperteguh persoalan ketidakadilan gender yang terjadi selama ini. Dan bias
gender ini akan semakin nampak manakala media melakukan representasi ini
melalui teks-teks yang dikandungnya. Serangkaian penelitian yang terkait dengan
persoalan kesetaraan peran, fungsi, dan kedudukan perempuan'dalam format sosial
dan kebudayaan mewarnai sekian banyak kajian penelitian sosial saat ini. Dan
penelitian ini merupakan salah satu di antara deretan kajian yang 'telah'
berjumlah banyak itu. Penelitian ini berangkat dad persoalan yang selama ini
telah banyak diperbincangkan orang, namun - tentu saja - berangkat dari
beberapa pertanyaan yang berbeda. Kajian tentang representasi media dan gender
dengan analisis wacana secara kualitatif mampu mengungkapkan sejumlah makna di
bank teks yang direpresentasikan oleh media. Namun pertanyaan mengenai seberapa
besar sesungguhnya perhatian media terhadap persoalan perempuan, ada kecenderungan
bias gender atau tidak, sena bagaimana pengaruhnya terhadap persepsi pembacanya
tentu saja memerlukan satu pendekatan sendiri di dalamnya. Metoda apapun yang
akan digunakan dalam setiap penelitian akan sangat tergantung pada pertanyaan
penelitian yang diajukan. Karenanya ada dua pendekatan yang digunakan untuk
menjawab serangkaian pertanyaan tersebut; untuk melihat representasi media
(dalam penelitian ini adalah Harlan Suara Merdeka dan Koran Sore Wawasan)
digunakan metoda analisis isi, dan untuk menjawab pertanyaan tentang sejauh
mana pengaruh representasi penulisan berita tentang perempuan terhadap persepsi
pembacanya digunakan metoda survey. Dengan analisis isi, secara kuantitatif
dapat diungkapkan sejauh mana perhatian media pada persoalan-persoalan perempuan
dan gender. Dan dengan metoda survey diupayakan untuk menemukan jawaban
mengenai keterkaitan antara isi media dengan persepsi pembaca tentang gender.
Dan 22 teks yang dimuat di harian Suara Merdeka dan 32 teks dari koran sore
Wawasan yang diamati, berikut wawancara dengan 33 orang respondan menunjukkan
beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari penelitian ini : 1.
Bahwa sebaran informasi bermuatan gender pada umumnya dapatditemukan pada
hampir setiap halaman pemberitaan, baik si Suara Merdeka maupun di Wawasan.
Namun demikian sekalipun tersebar di hampir setiap halaman kedua media
tersebut, namun berita atau tulisan tentang perempuan berdimensi gender yang
diangkat sebagai berita utama proporsinya dapat dikatakan relatif kecil.
Kondisi yang kurang lebih sama akan ditemui manakala pengarnatan dilakukan
terhadap ukuran (cm kolom) pemuatan berita dengan muatan persoalan gender,
sebagian besar ditampilan dalam ukuran yang relatif kecil, setidaknya bila
dibandingkan dengan topik-topik berita yang lain. 2. Sekalipun Suara Merdeka
dan Wawasan Bukan merupakan local newspaper, namun demikian karena sebagian
besar pangsa pasarnya adalah pembaca di Jawa Tengah dan sekitarnya, maka
sebagian besar berita bermuatan gender ini dapat dikatakan merupakan berita
yang peristiwa maupun narasumbernya dari daerah setempat. Sisi yang cukup
memprihatinkan dari pemuatan berita gender di kedua media ini adalah minimnya
penulisan informasi dalam bentuk opini dan feature. Minimnya penulisan dalam
bentuk opini dan feature ini ternyata diikuti pula oleh banyaknya sajian berita
bermuatan gender yang ditulis dalam format stright news. Berita pendek yang
menerangkan tentang 5W dan H. 3. Apabila data mengenai sumber berita menu
njukkan bahwa sebagian besar sumber berita berasal dari masyarakat (45,45% SM
dan 34,38% Wws) maka harus dibaca dengan cermat dan kritis, apakah persoalan
gender dalam media diangkat oleh elemen-elemen masyarakat umum,
merepresentasikan kondisi yang terjadi dalam masyarakat, atau justru bias
gender ini muncul karena perspektif penulis - dalam hal ini wartawan - pada
saat mengangkat sebuah fakta menjadi berita dengan berpihak pada pilihan
kata-kata atau kalimat tertentu ? 4. Nampaknya informasi atau berita yang
terkait dengan perempuan bukan hal yang menarik untuk para pembaca Suara
Merdeka dan Wawasan. Relatif sebagian kecil dari pembaca yang berminat,
memberikan perhatian dan mengikuti perkembangan informasi yang terkait dengan
perempuan. Kecil sekali dijumpai adanya responden yang secara khusus mencari
informasi tentang perempuan. Terkait dengan peran media dan bias gender yang
menjadi fokus kajian penelitian ini, sedikit sekali pembaca Suara Merdeka dan
Wawasan yang menyatakan bahwa opini dan persepsi mereka tentang perempuan dan
gender dipengaruhi oleh apa yang mereka baca dari media. Sejumlah responden
menyatakan, bahwa agenda media tentang isue gender masih sangat minim sekali,
karenanya dapat dimaklumi apabila publik media beranggapan bahwa koran yang
mereka baca belum melakukan pendidikan gender. Sekalipun Suara Merdeka dan
Wawasan dinilai responden cukup santun dalam memberitakan perempuan, namun
responden manila' bahwa kedua media tersebut tidak punya motivasi untuk
melakukan pendidikan dan penanaman nilai kesetaraan gender pada publiknya.
Namun demikian responden penelitian ini masih menaruh harapan besar akan
kepedulian media pada persoalan perempuan dan
No comments:
Post a Comment