Peranan Orangtua, Sekolah dan Guru dalam Mensukseskan
Pendidikan
Peranan
Orangtua, Sekolah dan Guru dalam Mensukseskan Pendidikan
By :
Salwinsah, S.Ag
- A. Peran Orangtua
PENDIDIKAN
merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan oleh para orang tua. Saat ini
masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik
kepada anak-anak mereka sejak dini. Untuk itu orang tua memegang peranan yang
sangat penting dalam membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan keseharian
anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan rasa
percaya diri. Dan tidak lupa memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan
pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap.
Ada banyak
cara untuk memberikan pendidikan kepada anak baik formal maupun non formal.
Adapun pendidikan formal tidak sebatas dengan memberikan pengetahuan dan
keahlian kepada anak-anak mereka di sekolah. Selain itu pendidikan non formal
menanamkan tata nilai yang serba luhur atau ahlak mulia, norma-norma,
cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan bimbingan orang tua di rumah.
Sekolah
sebagai salah satu sarana pendidikan formal memerlukan banyak hal yang
mendukung yaitu antara lain kepentingan dan kualitas yang baik dari kepala
sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan atau pengawas sekolah, peran
aktif orangtua dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah. Akan tetapi orang
tua juga tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah.
Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua yang
mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka, sekolah
hanya merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga peran aktif
dari orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan anak-anak di sekolah.
Ada beberapa
cara dalam meningkatkan peran orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka.
Pertama,
dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak. Anak-anak diajarkan
untuk belajar secara rutin, tidak hanya belajar saat mendapat pekerjaan rumah
dari sekolah atau akan menghadapi ulangan. Setiap hari anak-anak diajarkan
untuk mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru pada hari itu. Dan diberikan
pengertian kapan anak-anak mempunyai waktu untuk bermain.
Kedua,
memantau perkembangan kemampuan akademik anak. Orang tua diminta untuk
memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.
Ketiga,
memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah laku
anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan berkomunikasi dengan wali
kelas untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.
Keempat,
memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orang tua dapat menanyakan
aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah. Dan tugas-tugas
apa saja yang diberikan oleh guru mereka. Kebanyakan siswa tingkat SMP dan SMA
tidak melaporkan adanya kelas-kelas kosong dimana guru mereka berhalangan
hadir. Sehingga pembelajaran yang ideal di sekolah tidak terjadi dan menjadi
tidak efektif.
Selain semua
hal tersebut di atas ada beberapa hal lain perlu diperhatikan yaitu membantu
anak mengenali dirinya (kekuatan dan kelemahannya), membantu anak mengembangkan
potensi sesuai bakat dan minatnya, membantu meletakkan pondasi yang kokoh untuk
keberhasilan hidup anak dan membantu anak merancang hidupnya.
Pada banyak
kasus, orang tua sering memaksakan kehendak mereka terhadap anak-anak mereka
tanpa mengindahkan pikiran dan suara hati anak. Orang tua merasa paling tahu
apa yang terbaik untuk anak-anak mereka. Hal ini sering dilakukan oleh orang
tua yang berusaha mewujudkan impian mereka, yang tidak dapat mereka raih saat
mereka masih muda, melalui anak mereka. Kejadian seperti ini tidak seharusnya
terjadi jika orang tua menyadari potensi dan bakat yang dimiliki oleh anak
mereka. Serta memberikan dukungan moril dan sarana untuk membantu anak mereka
mengembangkan potensi dan bakat yang ada.
Kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh orang tua dan harus dihindari dalam mendidik anak mereka,
antara lain menumbuhkan rasa takut dan minder pada anak, mendidik anak menjadi
sombong terhadap orang lain, membiasakan anak hidup berfoya-foya, selalu
memenuhi permintaan anak, terutama ketika anak sedang menangis, terlalu keras
dan kaku dalam menghadapi anak, terlalu pelit terhadap anak (melebihi batas
kewajaran), tidak mengasihi dan menyayangi mereka sehingga mereka mencari kasih
sayang di luar rumah, orang tua hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja,
orang tua terlalu berprasangka baik kepada anak-anak mereka.
Untuk itu sudah
menjadi kewajiban orang tua untuk juga belajar dan terus menerus mencari ilmu,
terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak. Agar terhindar dari kesalahan
dalam mendidik anak yang dapat berakibat buruk bagi masa depan anak-anak. Orang
tua harus lebih memperhatikan anak-anak mereka, melihat potensi dan bakat yang
ada di diri anak-anak mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung
proses pembelajaran mereka di sekolah. Para orang tua diharapkan dapat
melakukan semua itu dengan niat yang tulus untuk menciptakan generasi yang
mempunyai moral yang luhur dan wawasan yang tinggi serta semangat pantang
menyerah
- B. Melibatkan Diri dalam Kehidupan Anak
PADA umumnya
orangtua akan lebih memerhatikan perkembangan dan kebutuhan rohani anak ketika
ia masih kecil saja. Pada saat ia mulai meginjak remaja, biasanya perhatian
orangtua semakin memudar. Hal itu terjadi mungkin karena mereka menganggap anak
sudah dapat mandiri dan sudah tidak terlalu banyak lagi membutuhkan perhatian
atau bantuan orangtua.
Anggapan
orangtua seperti di atas itu adalah tidak benar. Anak remaja justru sangat
membutuhkan dukungan, bimbingan, kehadiran, dan perhatian orangtua. Dikala anak
mendapatkan kendala dalam hidupnya tentu akan sangat baik bila ia dapat
mencurahkan dan mendapatkan masukkan, saran, dan nasehat dari orangtuanya
sendiri ketimbang darh teman-temannya.
Jika
orangtua selalu memberikan perhatian secara aktif. Selalu berusaha melibatkan
diri dalam hidup anak, misalnya mendengarkan apa yang ingin ia bicarakan,
memotivasi kegiatan sekolahnya, dan membantu anak ketika ia sedang mendapatkan
masalah dalam hidupnya. Maka, ketika ia mengetahui hal ini di masa depan nanti,
ia akan siap pula memberikan yang terbaik kepada orangtuanya. Ia akan siap
mendampingi dan memerhatikan orangtua seperti halnya orangtua telah melakukan
semua itu kepadanya.
Apabila
orangtua mampu menunjukkan kepada anak betapa orangtua sangat mencintai dan
menyayanginya, dengan selalu mengekspresikan perhatian secara mendetail
terhadap kehidupan anak sejak ia masih kecil, maka hal ini akan menciptakan
suatu kebiasaan intim seumur hidup yang memberikan manfaat bagi orangtua (Laura
M. Ramirez, 2006).
Kunci
Anak akan
mampu megingat segala kejadian yang pernah ia alami dalam hidupnya. Termasuk
perlakuan orangtua kepadanya. Oleh karena itu, walaupun dalam hal yang kita
anggap sepele, tetapi penting bagi orangtua menciptakan tindakan yang
mencerminkan rasa cinta dan kasih sayang yang tulus itu kepada anak. Misalnya,
menghadiri kegiatan ektrakurikuler anak (karate, kursus musik), mendampingi
anak melakukan hobinya (berenang, membantu memilihkan buku bacaan), dan bahkan
merawat anak ketika ia sedang sakit. Perlakuan orangtua seperti itu besar
kemungkinan akan terbawa oleh anak sampai ia dewasa atau tua nanti. Ikatan batin,
kebiasaan yang penuh dengan kehangatan, dan persahabatan yang ‘melebihi
segalanya’ ini akan dibawanya kembali oleh anak kepada orangtua. Segala
tindakan dan ucapan baik orangtua yang dulu pernah mereka tanam, cepat atau
lambat mereka akan merasakan hasilnya. Di masa tua nanti, orangtua maupun anak
akan hidup dalam jalinan keluarga yang penuh dengan sikap saling memberi cinta.
- C. Orangtua dan Sekolah
HARAPAN
terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang soleh, sopan, pandai
bergaul, pintar dan sukses , tetapi harapan besar ini jangan sampai menjadi
tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk mewujudkan harapan tersebut,
itulah yang paling penting.Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan
manusia sangatlah penting dan fundamental, keluarga pada hakekatnya merupakan
wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih
berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya.
Perkembangan
anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual.
Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut
dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periodeperiode
kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan
baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan misalnya keterlambatan,
ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian yang terganggu. Lebih
jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar
manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di
lingkungannya akan gagal sama sekali.
Peran orang
tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya berada pada urutan pertama, para
orang tualah yang paling mengerti benar akan sifat-sifat baik dan buruk
anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa saja yang mereka tidak sukai.
Para orang tua adalah yang pertama kali tahu bagaimana perubahan dan
perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya, hal-hal apa saja yang
membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat anaknya takut. Para orang
tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka seorang yang memiliki
kepribadian baik ataukah buruk.
Anak-anak
pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka
para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru di
sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya di sekolah
begitu juga sebaliknya, hal penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa anak.
Jiwa yang masih rapuh dan labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua
dapat mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya
tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak terlepas dari
kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik anakanaknya.
Orang tua
dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan
yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan
“buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa
betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya.
Supaya orang
tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin
kerjasama yang baik di antara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya di
rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau
guru, agar berjalan dengan baik kerja sama di antara orang tua dan sekolah maka
harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam
memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di sekolah, sesuai dengan kesepahaman
yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan anak.
Kalau saja
dalam mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak
keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini berdasarkan
beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain usaha
yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan mentah lagi-mentah lagi karena
ada dua rel yang harus dilalui oleh anak dan akibatnya si anak menjadi pusing
mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi dikhawatirkan akan membentuk
anak berkarakter ganda.
Memang pada
kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan kesepahaman tersebut, tetapi kalau
kita berlandaskan karena rasa cinta kita kepada anak tentunya apapun akan kita
lakukan, karena rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih
emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga,
derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Kalau hal ini sudah
dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan modal besar dalam mendidik
anak. Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah hendaklah
dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal yang janggal
pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan
yang dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun sifat yang bagusnya,
sehingga di dalam penentuan langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan
yang telah dibuat oleh kedua belah pihak.
Setiap ada
sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di rumah ataupun di
sekolah, baik orang tua ataupun guru harus sesegera mungkin untuk menanganinya
dengan cara saling menginformasikan di antara orang tua dan guru, mungkin lebih
lanjutnya mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat tertangani masalah yang
dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh karena itu seperti apa yang
tertulis di atas bahwa orang tua dan sekolah merupakan satu kesatuan yang utuh
di dalam mendidik anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah
dapat tercapai, maka harus ada kekonsistenan dari kedua belah pihak dalam
melaksanakan program-program yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
- D. Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi
PEMBELAJARAN
efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran
dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan (M. Sobry Sutikno).
Motivasi
berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada
di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan).
Menurut Mc.
Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga
elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya
terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan
dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada
intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan
tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada
dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ektrinsik.
- Motivasi Intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
- Motivasi Ekstrinsikadalah jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Bagi siswa
yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah
bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi
intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan
penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang
diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat
mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya
bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik
yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru
adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa
strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar
siswa, sebagai berikut:
- Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada
permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin
jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
- Hadiah
Berikan
hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk
bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
- Saingan atau kompetisi
Guru
berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
- Pujian
Sudah
sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun.
- Hukuman
Hukuman
diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman
ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya.
- Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7. Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu
kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.
Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10.
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
Dengan
melihat situasi dan kondisi saat proses pembelajaran berlangsung, seorang guru
boleh memilih item yang cocok digunakan. Karena bagaimanapun jika peserta didik
berkurang bahkan hilang motivasinya dalam belajar, maka tujuan pendidikan sulit
akan tercapai. Peran guru di zaman sekarang memang dituntut untuk selalu siaga
memacu siswa agar tidak ketinggalan selangkahpun. Ya, begitulah guru
yang sudah dinobatkan sebagai orang yang bertangan dingin, berhati lapang, siap
untuk mengabdi untuk anak-anak bangsa, di mana dan kapan pun. SEMOGA!
No comments:
Post a Comment