ANALISIS GURU TERHADAP PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR SEBAGAI ACUAN DALAM MEMBERIKAN KETELADANAN
A. LATAR BELAKANG
Berangkat dari keyakinan
akan keluhuran martabat setiap manusia, pendidik memehami pentingnya upaya
untuk mengejar kebenaran, keunggulan, dan penerapan prinsip-prinsip demokrasi.
Yang paling esensial dari tujuan di atas adalah upaya untuk menjaga kebebasan
belajar dan mengajar, serta untuk menjamin terciptanya kesempatan belajar yang
sama untuk setiap orang. Pendidik berkewajiban menjunjung tinggi standar etika.
Kode etik bagi profesional dibidang pendidikanmemberikan aspirasi bagi semua
pendidik dan menciptakan patokan untuk menilai perilaku mereka.
Pendidik wajib memiliki
keterampilan dalam manajemen emosinya dengan memperhatikan kode etik yang
berlaku, baik itu atas inisiatif sendiri ataupun yang sudah ditetapkan oleh
lembaga. Kode etik pendidik adalah satu bagian dari profesi pendidik, artinya
setiap pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai
pendidik.
Guru sebagai pendidik
perlu memahami besarnya tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Kehendak
untuk menghargai dan mempercayai teman sejawat, para siswa dan orang tua siswa
serta masyarakat lain yang terkait dengan pendidikan, memotivasi para pendidik
sebagaimana yang telah dirumuskan agar benar-benar bisa menjadi suri tauladan
bagi siswa dalam segala hal.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana tingkat analisis guru
terhadap psikologi perkembangan anak?
2.
Bagaimana keteladanan guru
dapat mempengaruhi perilaku siswa?
C. PEMBAHASAN MASALAH
1.
Perkembangan Psikologi
pada Masa Anak Sekolah Dasar 6 – 12
tahun (Periode Intelektual)
Para ilmuan psikologi
mengkhususkan sitematika dari proses perkembangan mengingat adanya sifat-sifat
yang karakteristik, perbedaan-perbedaan tertentu, dan adanya ciri-ciri khusus
pada anak manusia. Hal ini disebabkan oleh karena taraf perkembangan anak
manusia itu memang selalu berlainan sifat dan ciri-cirinya (Kartono, 1995:1)
Oleh adanya perbedaan
sifat dan ciri-ciri setiap perkembangan tadi, terdapat sistematika dari tiga
jenis psikologi, yaitu:
§ Psikologi genetis atau psikologi perkembangan (psikologi anak) dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain,
anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelang dewasa.
§ Psikologi umum yaitu psikologi yang
mempelajari tingkah laku manusia budaya yang bermoral dan dewasa.
§ Gerontologi yaitu ilmu jiwa yang
mempelajari semua permasalahan yang terdapat pada usia tua.
Waktu bayi, anak
merupakan subjek dengan dunianya sendiri yang melingkupi diri sendiri saja.
Sedikit demi sedikit ia belajar mengenai dunia luar, mengenal objek-objekdi
luar dirinya dengan jalan mengarahkan diri keluar menuju kepada dunia objektif
yang riil.
Mula-mula sikap anak
terhadap kenyataan faktual bercorak sangat objektif. Lambat laun gambaran yang
diperoleh tentang alam nyata akan makin bertambah sempurna dan makin objektif
(Kartono, 1995:133). Ddngan begitu anak anak mulai merebut dan menguasai dunia
sekitar secara objektif. Dalam fase inilah anak menceburkan diri ke dalam
masyarakat luas yaitu masyarakat di luar keluarga, sekolah, dan kelompok sosial
lainnya.
Mengingat perkembangan
anak yang amat pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga
sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan
fungsi-fungsi anak terutama fungsi intelektual dalam mengejar kemajuan zaman
modern, maka anak memerlukan satu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas
berupa sekolah untuk mengembangkan sekolahnya.
Pada usia sekolah ini
sikap hidup yang egosentris diganti dengan sikap yang objektif dan empiris
berdasarkan pengalaman. Emosionalitas anak menjadi berkurang sedangkan unsur
intelek dan akal budi (rasio, fikir) jadi semakin menonjol. Minat anak yang
objektif terhadap dunia sekitar menjadi besar. Sehubungan dengan semua ini,
masa sekolah rendah disebut pula sebagai periode intelektual.
Anak sekarang mulai
belajar menjadi realis-kecil, yang berhasyat sekali mempelajari dan menguasai
dunia secara objektif. Untuk aktivitas itu ia memerlukan banyak informasi.
Karenanya dia selalu haus-bertanya, meminta bimbingan, menuntut
pengajaran, serta menginginkan pendidikan.
Dengan pengajaran di
sekolah anak dipersiapkan mampu malaksanakan tugas dan kewajiban yang baru,
khususnya dpersiapkan untuk tugas-tugas hidup yang cukup berat pada usia
dewasa. Untuk semua ini diperlukan bimbingan dan tuntunan formal (pendidikan)
yang cukup lama. Pada zaman modern sekarang , lembaga-lembaga pendidikan
memikul tugas untuk memberikan pendidikan formal pada anak-anak. Sebab semua
pendidikan dan pengajaran di sekolah ditujukan pada pemberian fasilitas bagi
pengembangan segenap fungsi jasmani dan rohani anak didik.
2.
Sekolah sebagai
Pembentuk Sikap dan Perilaku Siswa.
Dari lingkungan keluarga
yang sempit, anak sekarang memasuki lingkungan sekolah yang lebih luas, yang
mempunyai kondisi dan situasi berbeda sekali dengan keluarga. Di sekolah
hasi-hasil kebudayaan bangsa dan zamnnya akan ditransformasikan pada anak.
Dengan pengoperan hasil budaya tadi, diharapkan agar anak bisa mempelajari
produ-produk kultur bangsanya, untuk kemudian mampu bertingkah laku sesuai
dengan norma-norma etis dan norma sosial lingkungan sekolah.
Dalam keadaan normal,
fikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara
tenang. Anak betul-betul dalam stadium belajar. Di samping keluarga, sekolah
juga memberikan pengaruh yang sitematis terhadap pembentukan akal-budi anak.
Fungsi kemauan pada masa
ini belum berkembang secara penuh. Anak belum mempunyai kekuasaan atas diri
sendiri. Artinya anak belum bisa mengatur diri sendiri, belum ada proses regulasi-diri.
Anak lebih suka tunduk pada kewibawaan yang tegas dari orang tua dan pendidik.
Bahkan anak menuntut adanya kewibawaan dan sikap yang kokoh serta konsekuen.
Sekolah menyajikan kewibawaan, disiplin, tata tertib, dan aturan-aturan
normatif lainnya.
Disiplin sekolah dan
kewibawaan guru memberikan kegairahan pada situasi bekerja dan usaha belajar
anak. Pada saat itu anak senang pergi ke sekolah. Ia merasa suka dan betah
tinggal di sekolah. Tidak jarang anak terpesona dan terikat hatinya pada
gurunya. Selama periode ini belajar merupakan aktivitas yang menyenangkan
khususnya bagi anak-anak yang sehat jasmani dan rohaninya.
Yang penting untuk
diperhatikan pada usia sekolah rendah adalah daya kemauan anak belum kuat, dan
belum berkembang penuh. Oleh karena itu perlu adanya tuntunan yang bijaksana
dan kewibawaan untuk memupuk disiplin dan tata tertib sehingga dapat memupuk
pertumbuhan kemauan yang kokoh dan kuat.
Karena unsur kemauan
belum berkembang penuh, anak mudah dipengaruhi oleh ajakan-ajakan yang menjurus
pada keburukandan kejahatan. Tetapi anak juga mudah dilecut melakukan hal-hal
yang konstruktif baik. Persahabatan anak pada usia ini masih belum kekal, mudah
berganti-ganti, dan sesuai denga situasi sesaat, sebab unsur kemauannya belum
mantap.
Dalam pendidikan juga
perlu diajarkan pengereman dan pengendalian nafsu. Pengenalan dan kepatuhan
terhadap norma-norma hidup perlu sekali ditanamkan pada anak. Dalam proses
pendidikan unsur ketegasan dari pendidik serta orang tua mutlak perlu, untuk
menumbuhkan dan memantapkan kemauan anak sampai anak mampu berkemauan sendiri.
Selanjutnya, dengan
segenap sifat-sifat anak yang baik pada periode sekolah ini, disertai kemampuan
berfikir logis objektif, serta bantuan bimbingan tegas bijaksana dari semua
komponen pendukung, anak mulai membuat rencana hidup bagi masa depannya.
D. KESIMPULAN
1.
Perkembangan Psikologi pada
Masa Anak Sekolah Dasar 6 – 12 tahun
menpunyai sikap dari penghayatan yang subjektif berubah menjadi pengamatan yang
objektif. Pada usia sekolah ini sikap hidup yang egosentris diganti dengan
sikap yang objektif dan empiris berdasarkan pengalaman. Emosionalitas anak
menjadi berkurang sedangkan unsur intelek dan akal budi (rasio, fikir) jadi
semakin menonjol. Minat anak yang objektif terhadap dunia sekitar menjadi
besar. Sehubungan dengan semua ini, masa sekolah rendah disebut pula sebagai
periode intelektual.
2.
Sekolah disamping sebagai
lembaga pendidikan juga sebagai pembentuk sikap dan perilaku siswa. Dari
lingkungan keluarga yang sempit, anak sekarang memasuki lingkungan sekolah yang
lebih luas, yang mempunyai kondisi dan situasi berbeda sekali dengan keluarga.
Di sekolah hasi-hasil kebudayaan bangsa dan zamnnya akan ditransformasikan pada
anak. Dengan pengoperan hasil budaya tadi, diharapkan agar anak bisa
mempelajari produ-produk kultur bangsanya, untuk kemudian mampu bertingkah laku
sesuai dengan norma-norma etis dan norma sosial lingkungan sekolah.
Selanjutnya, dengan segenap sifat-sifat anak yang baik pada periode sekolah
ini, disertai kemampuan berfikir logis objektif, serta bantuan bimbingan tegas
bijaksana dari semua komponen pendukung, anak mulai membuat rencana hidup bagi
masa depannya.
E. DAFTAR PUSTAKA
Kartono,
kartini, 1995, Psikologi Anak: Psikologi Perkembamngan, Bandung: Mandar
Maju.
Woolfolk,
Anita E., 2004, Mendidik Anak-Anak Bermasalah, Jakarta: Inisiasi Press.
No comments:
Post a Comment