Thursday, June 7, 2012

ANALISIS GURU TERHADAP PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR SEBAGAI ACUAN DALAM MEMBERIKAN KETELADANAN


ANALISIS GURU TERHADAP PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR SEBAGAI ACUAN DALAM MEMBERIKAN KETELADANAN


A.    LATAR BELAKANG

Berangkat dari keyakinan akan keluhuran martabat setiap manusia, pendidik memehami pentingnya upaya untuk mengejar kebenaran, keunggulan, dan penerapan prinsip-prinsip demokrasi. Yang paling esensial dari tujuan di atas adalah upaya untuk menjaga kebebasan belajar dan mengajar, serta untuk menjamin terciptanya kesempatan belajar yang sama untuk setiap orang. Pendidik berkewajiban menjunjung tinggi standar etika. Kode etik bagi profesional dibidang pendidikanmemberikan aspirasi bagi semua pendidik dan menciptakan patokan untuk menilai perilaku mereka.
Pendidik wajib memiliki keterampilan dalam manajemen emosinya dengan memperhatikan kode etik yang berlaku, baik itu atas inisiatif sendiri ataupun yang sudah ditetapkan oleh lembaga. Kode etik pendidik adalah satu bagian dari profesi pendidik, artinya setiap pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik.
Guru sebagai pendidik perlu memahami besarnya tanggung jawab dalam proses pembelajaran. Kehendak untuk menghargai dan mempercayai teman sejawat, para siswa dan orang tua siswa serta masyarakat lain yang terkait dengan pendidikan, memotivasi para pendidik sebagaimana yang telah dirumuskan agar benar-benar bisa menjadi suri tauladan bagi siswa dalam segala hal.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Bagaimana tingkat analisis guru terhadap psikologi perkembangan anak?
2.      Bagaimana keteladanan guru dapat mempengaruhi perilaku siswa?

C.    PEMBAHASAN MASALAH

1.      Perkembangan Psikologi pada Masa Anak Sekolah Dasar  6 – 12 tahun (Periode Intelektual)
Para ilmuan psikologi mengkhususkan sitematika dari proses perkembangan mengingat adanya sifat-sifat yang karakteristik, perbedaan-perbedaan tertentu, dan adanya ciri-ciri khusus pada anak manusia. Hal ini disebabkan oleh karena taraf perkembangan anak manusia itu memang selalu berlainan sifat dan ciri-cirinya (Kartono, 1995:1)
Oleh adanya perbedaan sifat dan ciri-ciri setiap perkembangan tadi, terdapat sistematika dari tiga jenis psikologi, yaitu:
§  Psikologi genetis atau psikologi perkembangan (psikologi anak) dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesens menjelang dewasa.
§  Psikologi umum yaitu psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia budaya yang bermoral dan dewasa.
§  Gerontologi yaitu ilmu jiwa yang mempelajari semua permasalahan yang terdapat pada usia tua.
Waktu bayi, anak merupakan subjek dengan dunianya sendiri yang melingkupi diri sendiri saja. Sedikit demi sedikit ia belajar mengenai dunia luar, mengenal objek-objekdi luar dirinya dengan jalan mengarahkan diri keluar menuju kepada dunia objektif yang riil.
Mula-mula sikap anak terhadap kenyataan faktual bercorak sangat objektif. Lambat laun gambaran yang diperoleh tentang alam nyata akan makin bertambah sempurna dan makin objektif (Kartono, 1995:133). Ddngan begitu anak anak mulai merebut dan menguasai dunia sekitar secara objektif. Dalam fase inilah anak menceburkan diri ke dalam masyarakat luas yaitu masyarakat di luar keluarga, sekolah, dan kelompok sosial lainnya.
Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan fungsi-fungsi anak terutama fungsi intelektual dalam mengejar kemajuan zaman modern, maka anak memerlukan satu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas berupa sekolah untuk mengembangkan sekolahnya.
Pada usia sekolah ini sikap hidup yang egosentris diganti dengan sikap yang objektif dan empiris berdasarkan pengalaman. Emosionalitas anak menjadi berkurang sedangkan unsur intelek dan akal budi (rasio, fikir) jadi semakin menonjol. Minat anak yang objektif terhadap dunia sekitar menjadi besar. Sehubungan dengan semua ini, masa sekolah rendah disebut pula sebagai periode intelektual.
Anak sekarang mulai belajar menjadi realis-kecil, yang berhasyat sekali mempelajari dan menguasai dunia secara objektif. Untuk aktivitas itu ia memerlukan banyak informasi. Karenanya dia selalu haus-bertanya, meminta bimbingan, menuntut pengajaran, serta menginginkan pendidikan.
Dengan pengajaran di sekolah anak dipersiapkan mampu malaksanakan tugas dan kewajiban yang baru, khususnya dpersiapkan untuk tugas-tugas hidup yang cukup berat pada usia dewasa. Untuk semua ini diperlukan bimbingan dan tuntunan formal (pendidikan) yang cukup lama. Pada zaman modern sekarang , lembaga-lembaga pendidikan memikul tugas untuk memberikan pendidikan formal pada anak-anak. Sebab semua pendidikan dan pengajaran di sekolah ditujukan pada pemberian fasilitas bagi pengembangan segenap fungsi jasmani dan rohani anak didik.


2.      Sekolah sebagai Pembentuk Sikap dan Perilaku Siswa.
Dari lingkungan keluarga yang sempit, anak sekarang memasuki lingkungan sekolah yang lebih luas, yang mempunyai kondisi dan situasi berbeda sekali dengan keluarga. Di sekolah hasi-hasil kebudayaan bangsa dan zamnnya akan ditransformasikan pada anak. Dengan pengoperan hasil budaya tadi, diharapkan agar anak bisa mempelajari produ-produk kultur bangsanya, untuk kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan norma-norma etis dan norma sosial lingkungan sekolah.
Dalam keadaan normal, fikiran anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secara tenang. Anak betul-betul dalam stadium belajar. Di samping keluarga, sekolah juga memberikan pengaruh yang sitematis terhadap pembentukan akal-budi anak.
Fungsi kemauan pada masa ini belum berkembang secara penuh. Anak belum mempunyai kekuasaan atas diri sendiri. Artinya anak belum bisa mengatur diri sendiri, belum ada proses regulasi-diri. Anak lebih suka tunduk pada kewibawaan yang tegas dari orang tua dan pendidik. Bahkan anak menuntut adanya kewibawaan dan sikap yang kokoh serta konsekuen. Sekolah menyajikan kewibawaan, disiplin, tata tertib, dan aturan-aturan normatif lainnya.
Disiplin sekolah dan kewibawaan guru memberikan kegairahan pada situasi bekerja dan usaha belajar anak. Pada saat itu anak senang pergi ke sekolah. Ia merasa suka dan betah tinggal di sekolah. Tidak jarang anak terpesona dan terikat hatinya pada gurunya. Selama periode ini belajar merupakan aktivitas yang menyenangkan khususnya bagi anak-anak yang sehat jasmani dan rohaninya.
Yang penting untuk diperhatikan pada usia sekolah rendah adalah daya kemauan anak belum kuat, dan belum berkembang penuh. Oleh karena itu perlu adanya tuntunan yang bijaksana dan kewibawaan untuk memupuk disiplin dan tata tertib sehingga dapat memupuk pertumbuhan kemauan yang kokoh dan kuat.
Karena unsur kemauan belum berkembang penuh, anak mudah dipengaruhi oleh ajakan-ajakan yang menjurus pada keburukandan kejahatan. Tetapi anak juga mudah dilecut melakukan hal-hal yang konstruktif baik. Persahabatan anak pada usia ini masih belum kekal, mudah berganti-ganti, dan sesuai denga situasi sesaat, sebab unsur kemauannya belum mantap.
Dalam pendidikan juga perlu diajarkan pengereman dan pengendalian nafsu. Pengenalan dan kepatuhan terhadap norma-norma hidup perlu sekali ditanamkan pada anak. Dalam proses pendidikan unsur ketegasan dari pendidik serta orang tua mutlak perlu, untuk menumbuhkan dan memantapkan kemauan anak sampai anak mampu berkemauan sendiri.
Selanjutnya, dengan segenap sifat-sifat anak yang baik pada periode sekolah ini, disertai kemampuan berfikir logis objektif, serta bantuan bimbingan tegas bijaksana dari semua komponen pendukung, anak mulai membuat rencana hidup bagi masa depannya.

D.    KESIMPULAN

1.      Perkembangan Psikologi pada Masa Anak Sekolah Dasar  6 – 12 tahun menpunyai sikap dari penghayatan yang subjektif berubah menjadi pengamatan yang objektif. Pada usia sekolah ini sikap hidup yang egosentris diganti dengan sikap yang objektif dan empiris berdasarkan pengalaman. Emosionalitas anak menjadi berkurang sedangkan unsur intelek dan akal budi (rasio, fikir) jadi semakin menonjol. Minat anak yang objektif terhadap dunia sekitar menjadi besar. Sehubungan dengan semua ini, masa sekolah rendah disebut pula sebagai periode intelektual.
2.      Sekolah disamping sebagai lembaga pendidikan juga sebagai pembentuk sikap dan perilaku siswa. Dari lingkungan keluarga yang sempit, anak sekarang memasuki lingkungan sekolah yang lebih luas, yang mempunyai kondisi dan situasi berbeda sekali dengan keluarga. Di sekolah hasi-hasil kebudayaan bangsa dan zamnnya akan ditransformasikan pada anak. Dengan pengoperan hasil budaya tadi, diharapkan agar anak bisa mempelajari produ-produk kultur bangsanya, untuk kemudian mampu bertingkah laku sesuai dengan norma-norma etis dan norma sosial lingkungan sekolah. Selanjutnya, dengan segenap sifat-sifat anak yang baik pada periode sekolah ini, disertai kemampuan berfikir logis objektif, serta bantuan bimbingan tegas bijaksana dari semua komponen pendukung, anak mulai membuat rencana hidup bagi masa depannya.

E.     DAFTAR PUSTAKA

Kartono, kartini, 1995, Psikologi Anak: Psikologi Perkembamngan, Bandung: Mandar Maju.
Woolfolk, Anita E., 2004, Mendidik Anak-Anak Bermasalah, Jakarta: Inisiasi Press.


No comments:

Post a Comment