Thursday, June 7, 2012

keterbatasan keuangan negara, pemerintah dalam RAPBN 2009 berupaya memenuhi target 20 % pembiayaan pendidikan. Kritisi dan beri komentar saudara tentang Kebijakan Pembiayaan Pendidikan RAPBN 2009


Kebijakan Pembiayaan Pendidikan RAPBN 2009 berdasarkan:
a. Upaya pemenuhan target 20% pembiayaan pendidikan
            APBN merupakan instrumen yang sangat penting untuk mencapai tujuan bernegara dan menjaga stabilitas perekonomian. Terlebih lagi pada tahun 2009, dimana Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi. Kunci keberhasilan pembangunan ekonomi tahun depan salah satunya akan ditentukan oleh keberhasilan RAPBN 2009 memprediksi berbagai indikator asumsi makro ekonomi. Disusun dalam suasana ketidakpastian perekonomian dunia dan seiring gejolak harga energi dan pangan, RAPBN 2009 hadir untuk memenuhi amanat konstitusi yakni memberikan porsi 20% untuk anggaran pendidikan.
            Dalam tahun anggaran 2009, meskipun dalam kondisi anggaran yang masih sangat terbatas, Pemerintah bertekad untuk memenuhi amanat konstitusi dalam pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Hal ini dibuktikan dalam dokumen tambahan Nota Keuangan yang disampaikan Presiden RI kepada DPR (15/08), telah dipenuhinya amanat konstitusi untuk anggaran pendidikan sebesar 20 persen. Untuk memenuhi amanat konstitusi tersebut, pemerintah meningkatkan defisit dari sumber utang sebesar Rp20,2 triliun, sehingga rencana defisit RAPBN 2009 direvisi dari 1,5 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), menjadi 1,9 persen PDB.
            Anggaran pendidikan harus ditambah sebesar Rp46,1 triliun untuk mencapai 20 persen dari APBN, dengan mengurangi beban subsidi energi, dan membagi beban dengan daerah. Hal ini disebabkan anggaran pendidikan pada akhirnya akan dibelanjakan dan dinikmati oleh daerah. Pemerintah menetapkan kenaikan anggaran pendidikan ditujukan untuk mencapai seluruh target Wajib Belajar Sembilan Tahun, memperbaiki kesejahteraan guru secara signifikan, dan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan. 
b. Responsibility Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten di Jawa Timur
            Peningkatan anggaran juga terjadi dalam transfer ke daerah. Transfer ke Daerah meningkat dari Rp292,4 triliun dalam APBN-P 2008 menjadi Rp303,9 triliun dalam RAPBN 2009, atau 27,1 persen dari total belanja negara dalam RAPBN 2009. Kenaikan ini merefleksikan keinginan untuk mewujudkan agar proses desentralisasi dan otonomi daerah dapat benar-benar terwujud. Di samping kenaikan dalam DAU dan Dana Bagi Hasil, Pemerintah juga meningkatkan DAK sebesar Rp1,1 triliun, sehingga total DAK tahun 2009 mendatang diusulkan meningkat menjadi Rp22,3 triliun.
            Dengan adanya kenaikan anggaran yang terjadi dalam transfer ke daerah merefleksikan keinginan pemerintah untuk meujudkan proses desentralisai dan otonomi daerah benar-benar terwujud. Ide dasar otonomi daerah paling tidak dalam scenario idealnya bertumpu pada kehendak untuk memperdayakan daerah dan sekolah melalui pemberian kewenangan yang lebih dasar dalam pengambilan keputusan. Kewenangan itu diberika bersama-sama dengan pengelolaan dana yang bersumber dari pemerintah maupun masyarakat.
Kewenangan dan dana itu kemudian dikaikan dengan akuntabilitas hasil yang ditunjukkan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif di tingkat daerah/sekolah, jadi ada tiga unsure kewenangan yang dapat dilakukan bersama-sama ditingkat daerah/sekolah yaitu :
1. Kewenangan yang lebih besar untuk mengambil keputusan
2. Kewenangan mengalokasikan dana untuk mendukung implementasi tersebut.
3. Akuntabilitas hasilnya.
c. Implikasi terhadap pembiayaan di tingkat unit sekolah
            Biaya pendidikan ditingkat unit sekolah berasal dari tiga sumber yaitu pemerintah (termasuk dari hibah dan pinjaman luar negeri), keluarga siswa (baik disalurkan maelalui sekolah maupun dibelanjakan sendiri), dan masyarakat (selain keluarga siswa). Penghitungan biaya pendidikan untuk tingkat sekolah cenderung bias dana pemerintah yang dikeluarkan sekolah-sekolah, kadang cukup membagi dana total dalam anggaran pendidikan (ditingkat nasional atau daerah) dengan jumlah  sekolah atau siswa dan didalamnya termasuk membayar gaji guru/tenaga kependidikan, biaya operasional dan pemeliharaan, dan biaya penyelengaraan proses belajar mengajar, jadi peran pemerintah dalam mendanai pendidikan akan sangat membantu mengurangi beban pendanaan disekolah disamping ada masukan dari keluarga siswa dan masyarakat.
d. Analisis sumber dan pembiayaan pendidikan (Untuk lebih jelas, lampirkan neraca RAPBN 2009)
            Pembiayaan pendidikan dalam APBN-P 2008 dan proyeksi RAPBN 2009 (dalam trilyun rupiah)
Komponen
2008
2009
A. Pendaptan Negara dan Hibah
1. Penerimaan perpajakan
2. Penerimaan Negara bukan pajak
895,0
609,2
282,8
1.022,6
726,3
295,4
B. Belanja Negara
1. Belanja Pemerintah pusat
2. Transfer ke daerah
989,5
697,1
292,4
1.122,2
818,2
303,9
C. Defisit Anggaran (A-B)
94,5
99,6
 Alokasi pembiayan pendidikan dalam APBN-P 2008dan proyeksi RAPBN 2009 (dalam trilyun rupiah)
Komponen
2008
2009
-          Belanja APBN
-          Belanja Pendidikan
-          Proporsi
894,990
141,408
15,6%
1.122,200
224,400
19,99%

Soal No 2: Mencermati Pembiayaan pendidikan di tingkat unit sekolah saudara, nampak tingkat kemandirian pembiayaan.



a. Analisis tingkat pembiayaan berdasarkan sumber pembiayaan sekolah dan berikan komentar (sertakan RAPBS)


b. berdasarkan tingkat kemandirian tersebut (poin a), bagaimana komentar saudara tentang program sekolah gratis!
            Memasuki tahun 2009 ini, pemerintah kian gencar mewacanakan pendidikan gratis. Setelah sebelumnya pemerintah juga mengalokasikan 20% dari dana APBN 2009 untuk pendidikan.  Kini, pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo, mengeluarkan instruksi bernomor 186/MPN/KU/2008 yang ditujukan kepada penyelenggara pendidikan untuk tidak ada lagi pungutan-pungutan kepada masyarakat yang sedang menyekolahkan putra-putrinya pada pendidikan tingkat dasar (SDN & SMPN). Sebagai bentuk tindak lanjut diberlakukannya PP. No. 47/2008 dan PP. No. 48/2008 tentang pembiayaan pendidikan. Hal ini juga dikarenakan pemerintah telah menaikkan jumlah dana BOS 2009 sebesar rata-rata 50% dari dana sebelumnya (tahun 2008).
            Sayang apa boleh dikata, tekad pemerintah untuk menjalankan pendidikan gratis ternyata masih belum dapat dinikmati oleh masyarakat saat ini. Padahal bulan Januari sudah akan berakhir beberapa hari ke depan, namun berbagai faktor pendukung untuk itu semua masih belum jelas pelaksanaan teknisnya di lapangan. Diantara faktor utamanya adalah kesiapan sekolah itu sendiri. Lebih-lebih lagi bagi setiap pemerintah daerah. Karena sesuai dengan ultimatun Mendiknas, pemda-lah yang memiliki kewajiban untuk menutup kekurangan biaya operasional SDN & SMPN jika dana dari pusat tidak mencukupi. Oleh sebab itu, menjadikan pendidikan gratis tingkat dasar belum juga dapat direalisasikan.
            Hal ini terkait tentang persoalan-persoalan yang muncul lantaran masih ada komponen biaya pendidikan yang masih harus ditanggung masyarakat. Belum lagi pendidikan gratis tidak diberlakukan pada sekolah-sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan SBI. Ini jelas menunjukkan bahwa pendidikan gratis untuk semua dan tentunya berkualitas di negeri ini masih harus untuk diperjuangkan bersama.
            Ketika ditelaah secara mendalam, selama ini setiap program atau kebijakan seputar pendidikan khususnya kurang perencanaan yang matang. Masing-masing sub atau dinas seakan berjalan sendiri-sendiri. Terbukti tidak adanya kerjasama yang serius bagi instansi-instansi terkait. Oleh sebab itu, dapat diasumsikan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut terkesan sangat buru-buru dan sekedar mengejar proyek belaka. Dalam artian, pemerintah sama sekali tidak melihat bagaimana proses pelaksanaannya di lapangan. Oleh sebab itulah, kini saatnya semua elemen dituntut untuk benar-benar dapat merealisasikan pendidikan gratis untuk semua lapisan masyarakat.
            Gambaran di atas jelas membuktikan masih ada banyak persoalan seputar pendidikan yang belum juga terselesaikan. Perlu adanya komitmen pemerintah dan penyelenggara pendidikan serta partisipasi aktif masyarakat untuk memperjuangkan pendidikan gratis ini. Disisi lain kita semua dituntut untuk meminimalisir terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam berbagai penyaluran dana pendidikan yang menyebabkan anak usia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan yang layak, berkualitas dan sebagaimana semestinya. Belum lagi masalah-masalah pendidikan lain yang masih terus saja mencuat di tanah air ini dan belum dapat dituntaskan.
            Dilihat dari stuktur pembiayaan di sekolah, paling tidak terdapat dua hal yang perlu diperhatilan. Pertama, biaya operasional pendidikan non-gaji sangatlah kecil, baok di SD maupun di SMP. Sulit sinayangkan dengan biaya sekecil itu sekolah kita sanggup menyelenggarakan kelas dan  pengayaan melalui ilustrasi dan praktek yang membutuhkan alat bantu sederhana apapun. Kedua, membuat sekolah gratis dari sudut pandang pemerintah bukanlah sesuatu yang luar biasa, tambahan biaya secara personal tidak terlalu besar.
            Harapannya tentu, keberadaan berbagai program dan kebijakan seputar pendidikan, terutama kebijakan dan program pendidikan gratis untuk SDN dan SMPN di tahun 2009 ini tidak hanya dijadikan jargon belaka. Atau bahkan hanya sekedar lips services dari pemerintah belaka. Namun memang menjadi kenyataan adanya dan berjalan efektif sesuai harapan.

Soal No 3: Analisis Perbandingan Tingkat Efisiensi Pembiayaan antara SMP Negeri dan SMP Swasta di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
a. Latar Belakang
            Masalah keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar disekolah, karena seluruh komponen pendidikan disekolah erat kaitnnya dengankomponen keuangan sekolah, meskipun tidak sepenuhnya, masalah keuangan akan berpengaruh secara langsung terhadap kualitas sekolah, terutama terkait dengan sarana dan prasaran dan sumber belajar. Banyak sekolah-sekolah yang tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal hanya karena masalah keuangan, baik untuk menggaji huru maupun mengadakan sarana dan prasaran kegiatan pembelajaran.
            Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang menyerahkan masalah pendidikan ke daerah da sekolah masing-masing maka masalah keauanganpun manjadi wewenang yang diberikan secara langsung dalam pengelolaannya kepada sekolah, dalam hal ini kepala sekolah dan stakeholder yang lain memiliki tanggungjawab pebuh terhadap perencanaa, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan seakolah.
            Manajemen keuangan sekolah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan yang secara keseluruhan menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif, efisien dan transparan.
            Kinerja lembaga pendidikan yang diukur melalui efisiensi penggunaan sumber daya lembaga pendidikan untuk menghasilkan outcome yang berkualitas sangat penting, selain karena cara berfikir organisasi sector public yang selama ini cenderung ,meningkatkan anggaran sebagai kunci peningkatan kualitas outcome, juga karena adanya tuntutan akutabilitas oleh stakeholder atas managemen dana dan pendidikan.


b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat efisiensi pembiayaan di SMP Negeri Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang ?
2. Bagaimana tingkat efisiensi pembiayaan di SMP Sawasta Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang ?
3. Bagaimana perbandingan tingkat efisiensi pembiayaan antara SMP Negeri dan SMP Swasta di kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang?
4. Apakah kelompok sekolah yang efisiensi mempunyai karakteristik managemen anggaran yang lebih efisien dibandingkan dengan sekolah yang tidak efektif?
c. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat erfisiensi pembiayaan di SMP Negeri Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pembiayaan di SMP Swasat Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
3. Untuk mengatahui perbandingan tingkat efisiensi pembiayaan antara SMP Negeri dengan SMP Swasat Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
4. Untuk mengetahui dan sekaligus membuktikan bahwa sekolah yang kenerjanya efisien mempunyai karakteristik realisai anggaran yang berbeda dan lebih efisien secra signifikan dibandingkan dengan anggaran sekolah yang tidak efisien.
d. Hipotesis
1. Kelompok sekolah ang efisien mempunyai anggaran operasi (langsung) yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kelompok sekolah yang tidak efisien.
2.  Kelompok sekolah yang efisien mempunyai anggaran administrasi overhead (tidak langsung) yang lebih rendah secara signifikan dibandingkn dengan sekolah yang tidak efisien.
3. Kelompok sekolah yang efisien mempunyai proporsi belanja anggaran ang didanai oleh pemerintah daerah dan masyarakat lebih rendah secara signifikan dibandingkn dengan sekolah yang tidak efisien.
e. Alat Analisis
1. Kohort Ratio  untuk mengukur efisiensi
2. Uji statistic (Independent - samples - test) untuk membandingkan rata-rata dari satu variable pada dua group data.


No comments:

Post a Comment