Thursday, June 7, 2012

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (COMPETENCY BASED CURRICULUM)


KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI
 (COMPETENCY BASED CURRICULUM)

A.    LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2000) pernah mengungkapkan bahwa salah satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang dikembangkan di tanah air adalah kurangnya perh`tian pada autput (lulusan). Standarisasi kurikulum nasional, buku, alat, pelatihan guru, sarana dan fasilitas sekolah merupakan wujud kendali pemerintah terhadap input dan proses yang harus berlangsung di dalam sistem. Akan tetapi standart kompetensi apa yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar, belum mendapat perhatian semestinya.
Dalam pendidikan terdapat dua jenis standar, yaitu standar akademis (academic content standards) dan standar kompetensi (performance standards) (Mulyasa, 2002:24). Standar akademis merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan esensial setiap disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik. Sedangkan standar kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik sebagai penerapan dari pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, standar akademis bisa samauntuk seluruh peserta didik, tetapi standar kompetensi bisa berbeda.
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah memprogramkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau (Competency Based Curriculum) sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
2.      Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
3.      Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
4.      Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
5.      Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

C.    PEMBAHASAN
1.      Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan dalam Mulyasa (1981:45) mengemukakan bahwa kompetensi sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton dalam Mulyasa (1979:222) mengartikan kompetensi sebagai penguasan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Dengan demikian terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja. Untuk itu, kurikulum menuntut kerja sama yang baik antara pendidikan dan dunia kerja, terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu diajarkan kepada peserta didik di sekolah.
Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
KBK memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan pembalajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik sabagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditetpkan.
KBK juga menuntut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian, konsep ini tentu saja tidak dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan.

2.      Landasan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi, yaitu:
a.       Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan kdmampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada orang lain. Untuk itu diperlukan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana maupun waktu karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan yang berbeda, serta mempelajari bahan ajar yang berbeda pula.
b.      Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagi penguasaan (learning for mastery) adalah suatu falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sitem bembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapt mempelajari semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. Bloom dalm Hall (1986) menyatakan bahwa “sebagian besar peserta didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas pemnelajaran dalah mengkondisikan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik menguasai bahan pembelajaran yang diberikan.
c.       Pendefinisian kembali terhadap bakat. Dalam kaitan ini Hall (1986) menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, jika diberikan waktu yang cukup. Jika asumsi tersebut diterima maka perhatian harus dicurahkan kepda waktu yang diperlukan untuk kegiatan belajar. Dalam hal ini, perbedaan antara peserta didik yang pandai dengan yang kurang (bodoh) hanya terletak pada masalah waktu, peserta didik yang kurang memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajari sesuatu atau memecahkan suatu masalah, sementara yang pandai bisa lebih cepat melakukannya.

3.      Model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Depdiknas (2002) melukiskan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi  (KBK) sebagai berikut:








 















Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah
 






4.      Prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan KBK perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.       Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur. Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh peserta didik melalui pengembangan KBK.
b.      Penguatan integritas nasional. Pengembangan KBK harus memperhatikan penguatan integritas nesional melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban dalam tatanan kehidupan dunia yang multikultural dan multibahasa.
c.       Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. Pengembangan KBK perlu memperhatikan keseimbangan pengalaman belajar peserta didik antara etika, logika, estetika, dan kinestetika.
d.      Kesamaan memperoleh kesempatan. Pengembangan KBK harus menyediakan tempat yang memberdayakan semua peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perlu diutamakan dalam pengembnagan kurikulum. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
e.       Abad pengetahuan dan teknologi informasi. Kurikulum perlu mengembangkan kemampuan berfikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan menilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat berubahdan penuh ketidakpastian, yang merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
f.       Pengembangan ketrampilan untuk hidup. Pengembangan KBK perlu memasukkan unsur ketrampilan untuk hidup agar peserta didik memiliki ketrampilan, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatf, dalam menghadapi tantangan dan tuntunan kehidupan sehari-hari secara efektif.
g.      Belajar sepanjang hayat. Pendidikan berlang sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan, menambahkan kesadaran, dan selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah di berbagai bidang. Oleh karena itu, pengembangan KBK perlu memperhatikan kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dpat dilakukan melalui pendidikan formal dan non-formal, serta pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik oleh pemerinyah maupun masyarakat.
h.      Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif. Pengembangan KBK harus berupaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya tersebut.
i.        Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus berfokus pada kebutuan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekola, orang tua, perguruan tinggi, dunia usaha dan industri, serta masyarakat pada umumnya.


5.      Kelebihan dan kelemahan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)  memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan model-model lain, seperti:
·         Menggunakan pendekatan kompetensi yang menekankan pada pemahaman, kemampuan atau kompetensi tertentu di sekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat.
·         Standar kompetensi yang memperhatika perbedaan individu, baik kemampuan, kecepatan belajar, maupun konteks sosial budaya sehingga peserta didik lebih bisa mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain.
·         Berbasis kompetensi, sehingga peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, baik pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan.
·         Pengembangan kurikulum dilakuan secara desentralisasi, sehingga pemerintah dan masyarakat bersama-sama menentukan standar pendidikan yang dituangkan dalam kurikulum.
·         Sekolah diberi keleluasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan peserta didik, serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah.
·         Guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan untuk memberikan kemudahan belajar peserta didik.
·         Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dikembangkan berdasarkan pemahaman yang akan membentuk kompetensi individual.
·         Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjalinnya kerjasama antara sekolah, masyarakat, dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi peserta didik.
·         Evaluasi berbasis kelas, yang memekankan pada proses dan hasil belajar.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)  memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
·         KBK lebih menekankan pada kemampuan (kompatensi) melakukan sesuatu, sehingga pendekatan ilmu pengetahuan y`ng lebih menekankan pada isi atau materi berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis dan evaluasi hasil belajar kurang diperhatikan.
·         Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat belajar sendiri, sesuai dengan cara dan kemampuan masing-masing, serta tidak bergantung kepada orang lain, sehingga interaksi sosial antar peserta didik kurang terlihat.
·         Kurangnya guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

D.    KESIMPULAN

1.      kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2.      Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi, yaitu: adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagi penguasaan (learning for mastery), pendefinisian kembali terhadap bakat.
3.      Pengembangan KBK perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: Keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur, Penguatan integritas nasional, Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika, Kesamaan memperoleh kesempatan, Abad pengetahuan dan teknologi informasi, pengembangan ketrampilan untuk hidup, belajar sepanjang hayat, berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif, pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

E.     DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2006. Implementasi Kurikulum 2004, Panduan Pembalajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

1 comment: