Analisis Kebijakan
Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah di Provinsi Jambi
Oleh: Strisno dan Rusdi
Abstract: This research is
focused on analyzing the policy of education improvement quality. Based on the
research on policy,using approach model on policy research, and the analysis in
input, process, and output related to decision makers, it is found that there are
difficulties in mechanism and technical problems in making policies, due to
lack of understanding in variable of quality improvement of education. The
result shows that the reguloation related to education improvement quality has
not been made. The available policy is issued based on short-term needs. So it
is necessary to organize a control in management accountability.
Arah kebijakan pendidikan nasional dititikberatkan pada peningkatan mutu,
otonomi, dan peningkatan daya saing bangsa. Daya saing dapat dimaknai sebagai
kemampuan penyelenggaraan pendidikan yang sanggup berkompetisi dalam hal
kualitas dengan bangsa-bangsa lain. Beberapa komponen penting yang dapat
dijadikan sebagai indikator untuk itu di antaranya adalah penguasaan IPTEK bagi
siswa dan sekaligus menjadi salah satu kunci keunggulan suatu bangsa di era
globalisasi ini. Sementara itu, peningkatan sumber daya manusia merupakan
faktor penentu lainnya sekaligus merupakan aset bangsa.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia kita cukup
jauh tertinggal dari negara maju lainnya. Indonesia harus bekerja keras untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia yang masih jauh tertinggal untuk kawasan
Asia sekalipun. Hasil penelitian beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa di
antara tujuh sampel di Asia ternyata Indonesia merupakan negara yang memiliki
produktivitas tenaga kerja paling rendah.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah di
Indonesia antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistim
evaluasi, sarana pendidikan, materi ajar, mutu guru, dan tenaga kependidikan
lainnya. Namun, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hal ini diindikasikan dengan nilai hasil
evaluasi belajar untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA yang
cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan dapat dikategorikan
konstan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, Tedjasudhana (2000) merasa sangat
prihatin dengan pendapat dari beberapa kalangan yang menyatakan bahwa standar
kelulusan yang ditetapkan untuk UN yaitu 4,50 dianggap terlalu tinggi, padahal
di Singapura nilai kelulusan adalah 6,5, di Malaysia 7, dan di Vietnam 5,5.
Dua faktor penting yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang berhasil, strategi pembangunan pendidikan lebih
bersifat input-oriented, dan pengelolaan pendidikan lebih bersifat
macro-oriented. Strategi input-oriented bahwa apabila semua input pendidikan
telah dipenuhi seperti penyediaan buku paket dan alat belajar lainnya,
penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru, dan tenaga kependidikan maka
secara otomatis sekolah dapat menghasilkan output yang bermutu sebagaimana yang
diharapkan. Sedangkan, Strategi pengelolaan yang macro-oriented berarti bahwa
pengelolaan pendidikan diatur terlalu dominan oleh jajaran birokrasi di tingkat
pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat)
tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).
No comments:
Post a Comment